FAKTA BANTEN – Ramainya pengunjung atau peziarah yang datang ke tempat-tempat penziarahan dari berbagai daerah, selain bisa bermanfaat meningkatan perekonomian bagi masyarakat. Namun tak jarang hal tersebut kadang juga dimanfaatkan segelintir oknum masyarakat setempat, untuk hal-hal yang berlebihan dan melanggar kepatutan..
Seperti misalnya dengan memasang tarif biaya seenaknya kepada rombongan peziarah yang datang dari luar daerah.
Seperti yang dialami jama’ah wisata rohani atau rombongan peziarah asal Lingkungan Palas, Kelurahan Bendungan, Kota Cilegon, saat berwisata rohani ke Penziarahan Raden Kian Santang yang berlokasi di lereng Gunung Karacak, tepatnya di Desa Lebak Agung, Kecamatan Karangpawitan, Garut, Jawa Barat, Sabtu (30/6/2018).
Makam ini dipercaya sebagai makam Prabu Kian Santang, anak dari Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran. Perjalanan menuju lokasi yang harus menggunakan kendaraan roda dua untuk menuju Makam Raden Kian Santang ini, dimanfaatkan oleh segelintir tukang ojek setempat dengan memasang tarif sebesar-besarnya kepada rombongan peziarah yang memang sangat membutuhkan jasa angkutan roda dua.
“Jamaah wisata rohani kita terlantar gara-gara oknum ojek di lokasi penjarahan Raden klKian Santang, yang meminta uang sebesar Rp 3.000.000; sama pihak mobil bus yang membawa jamaah kita, tentu kami merasa terganggu dengan ulah mereka, karena bus tidak bisa masuk,” ungkap Ustadz Kaeherullah, Ketua Jama’ah Wisata Rohani asal Cilegon, kepada faktabanten.co.id, Sabtu (30/6/2018).
Sehingga dengan permintaan biaya yang dianggap tidak wajar dan terkesan memanfaatkan keadaan tersebut, rombongan peziarah asal Kota Cilegon sempat terlantar dengan berjalan kaki menuju lokasi peziarahan.
“Seharusnya kita sebagai tamu bukanya di sambut dengan baik malah di terlantarkan, karena ditawar baik-baik tidak mau juga, saya berteriak lantang mengajak semua jamaah untuk berjalan kaki,” jelas Ustadz Khaerullah.
Namun ternyata aksi jalan kaki rombongan peziarah Cilegon itu, membuat para oknum tukang ojek setempat terenyuh dan langsung menurunkan drastis tarifnya sebesar enam kali lipat dari harga semula.
“Alhamdulillah semua oknum tukang ojek itu luluh. Kami kemudian diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan dengan ojek dengan cukup membayar secara borongan Rp 500.000,” ujarnya.
Selain itu, Ustadz Kherullah juga berharap hal ini tidak terjadi kepada rombongan peziarah lainnya, dan kepada semua pihak untuk tidak menyulitkan para peziarah yang datang dari jauh dengan niatan baik mendo’akan kepada yang diziarahi dan agar ingat mati.
“Kami harap ini tidak terulang kepada rombongan ziarah manapun. Di tempat ziarah manapun sebaiknya masyarakat sekitar harus mempermudah para peziarah yang berkunjung karena kedatangannya merupakan penghormatan dan mendo’akan kepada leluhur yang ada didaerahnya,” harapnya. (*/Ilung)