CILEGON – Warga Link Sambiranggon, RW 05, Kelurahan Karang Asem, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, ramai-ramai membuat ketupat pada hari ini, Sabtu (30/9/2017), kemudian pada sore harinya secara bersama-sama warga mengadakan riungan atau ‘Ngeriung’.
Ketupat atau dalam istilah masyarakat Banten (kata aktif)-nya ‘Ngupat’ ini merupakan tradisi di Sambiranggon Cilegon pada setiap tanggal 10 Muharram tahun Hijriyah.
Sungguh kaya dan begitu ragamnya kebudayaan di Kota Cilegon, tradisi ‘Ngupat’ saja banyak momentumnya, selain Qunut (Pertengahan Ramadhan), Idul Fitri, Idul Adha, yang hampir diselenggarakan di hampir semua Perkampungan, bulan Rowah atau saat panen di Cigiceh dan sekitarnya. Dan kini 10 Muharraman seperti di salah satu perkampungan tua, Sambiranggon ini, tradisi lawas masyarakat masih terjaga.
Menurut Sofan, Ketua RT setempat, tradisi riungan ngupat di Sambiranggon, ini sudah ada sejak dulu turun menurun dari para leluhur.
“Tradisis Riungan ngupat bulan Muharam di Sambiranggon sudah ada sejak jaman dulu turun temurun dari orang-orang tua kami. Kegiatan ini rutin dilakukan pada tanggal 10 bulan Muharram,” ujar Sofan, kepada faktabanten.co.id
Selain di Sambiranggon, menurutnya di Perkampungan-perkampungan di wilayah Kecamatan Cibeber juga masih ada yang mempertahankan tradisi ini.
“Alhamdulillah, sampai sekarang tradisi ini masih berjalan, di perkampungan lainnya di Kecamatan Cibeber juga ada yang masih mempertahankannya. Di Sambiranggon sendiri tradisi ngupat ini akan terus kita lestarikan untuk menjaga kebudayaan yang diwariskan oleh para pendahulu,” pungkasnya.
Ngupat, ngeriung yang didalamnya diisi dengan pembacaan doa, kalimat-kalimat dzikir dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, merupakan kekayaan khazanah ritual ummat muslim yang memang banyak ditemukan di wilayah Provinsi Banten. (*/Ilung)