Walikota dan Pejabat Pemkot Cilegon Disebut Tidak Empati Terhadap Tragedi Kemanusiaan di Palestina
CILEGON – Tragedi kemanusiaan yang terus berlanjut di Palestina memerlukan tanggapan dan empati dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah.
Namun, sampai saat ini, Walikota dan Pejabat Pemkot Cilegon dianggap kurang menunjukkan empati terhadap situasi yang memprihatinkan di Palestina.
Kritik ini disuarakan oleh Baehaki, seorang aktivis di Provinsi Banten, yang menyoroti keheningan dan kurangnya respons dari Pemkot Cilegon terkait konflik di Timur Tengah.
“Sampai saat ini, tidak ada instruksi khusus dan agenda yang diinisiasi oleh Pemkot Cilegon untuk menyikapi tragedi kemanusiaan di Palestina. Sikap abu-abu ini menunjukkan kurangnya kepekaan terhadap penderitaan rakyat Palestina yang terus berlangsung,” tegas Baehaki pada Kamis (16/11/2023).
Aktivis tersebut juga menyoroti Dinas Pendidikan yang dinilainya tidak mencerminkan sebagai lembaga yang mengajarkan adab dan moralitas yang baik.
“Hingga saat ini, tidak ada imbauan atau instruksi kepada sekolah-sekolah di Cilegon untuk menyuarakan pembelaan terhadap Palestina. Seharusnya, pendidikan juga menjadi wadah untuk membentuk pemahaman kemanusiaan dan solidaritas internasional,” tambah Baehaki.
Para aktivis dan sejumlah warga Cilegon menyayangkan ketidakpedulian yang dinilai terlihat dari Pemkot Cilegon terhadap kondisi di Palestina.
Mereka mendesak agar pemerintah daerah lebih aktif dalam menyuarakan keadilan dan perdamaian di tingkat internasional, khususnya terkait konflik yang melibatkan rakyat Palestina.
“Seharusnya ke depan, Walikota atau dinas terkait menggunakan kekuasaannya untuk menghimbau jajaran dan stakeholder dibawah untuk bersama-sama bergerak membela Palestina, bukan hanya dengan doa saja, karena, doa untuk membantu seseorang atau bangsa yang sedang mengalami kesulitan atau didzolimi oleh suatu pihak, menurut hadits Bukhari dan Muslim ialah titik paling rendah atau lemahnya iman manusia,” pungkasnya. (*/Hery)
