19 Tahun Provinsi Banten, Eksponen Mahasiswa Banten Harap Masyarakat Lebih Sejahtera

SERANG – Untuk mengenang pembentukan Provinsi Banten pada tahun 2000 lalu, mantan aktivis mahasiswa Banten di Bandung dan Yogyakarta memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Banten ke-19. Para aktivis ini menggelar diskusi dan live music Sandekala Band di Auto Carissa Motor 4, Dalung, Kota Serang. Jumat, (4/10/2019).
Kegiatan yang bertajuk ‘Masa Lalu, Hari Ini dan Banten Masa Depan’ tersebut turut dihadiri oleh dua putra tokoh pembentukan Provinsi Banten, yakni Asep Mulya Hidayat putra dari Almarhum Jajat Mujahidin dan Rizal Firdaus putra dari Almarhum Uu Mangkusasmita.
Evi Saefudin selaku penggagas kegiatan mengatakan, kegiatan tersebut merupakan ajang silaturahmi yang harus tetap dirawat dan dijaga, sebagaimana komitmen perjuangan yang sudah dilakukan oleh para mahasiswa dulu dalam mendorong adanya pembentukan Provinsi Banten.
“Kegiatan ini sengaja digagas untuk menjalin silaturahmi serta mempersatukan kembali semua mahasiswa-mahasiswa yang dulu turut bersama-sama memperjuangkan Banten menjadi Provinsi,” kata Evi kepada Faktabanten.co.id.
Selain itu kata Evi, ini juga merupakan momentum untuk mengenang dan mengingatkan mimpi bersama tentang Provinsi Banten serta untuk mewariskan semangat kepada kaum muda.
Di tempat yang sama, Asep Mulya Hidayat putra salah satu pendiri Provinsi Banten dalam sambutannya menegaskan, cita-cita pembentukan Banten menjadi provinsi merupakan semangat yang terus digelorakan oleh ayahandanya. Hal demikian adalah upaya untuk merubah nasib masyarakat Banten jadi lebih sejahtera.
Senada dengan Asep Mulya Hidayat, Rijal Firdaus yang juga merupakan putra dari pendiri Provinsi Banten menyampaikan bahwa, harapan yang dibangun oleh ayahandanya dulu tidak lain untuk memberikan kemerdekaan masyarakat Banten dari berbagai ketertinggalan.
“Pengen mensejahterakan rakyat Banten,” ucap Rijal.
Menurutnya, di usia Provinsi Banten yang ke-19 tahun harus melakukan akselerasi dengan terus bergerak dan berkualitas.
“Pertemuan ini jangan jadi sekedar kumpulan biasa, jangan jadi pepesan kosong,” harapnya untuk pertemuan tersebut.
Selanjutnya, Agus Suryadi yang sering dikenal dengan sapaan Agus Kenken, salah satu aktivis dari Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) Bandung mengungkapkan bahwa seluruh mahasiswa Banten yang tergabung dengan berbagai lintas organisasi primordial turut serta berjuang dalam mendorong pemisahan Banten dari Provinsi Jawa Barat.
Kemudian, Saepudin yang juga aktivis Kumala Bandung dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum tahun 1999 menjelaskan, pergulatan mahasiswa Banten di Bandung saat itu sangat masif. Terutama persoalan isu pemisahan Banten dari Provinsi Jawa Barat.
“Pergulatan Mahasiswa Banten di seluruh daerah pada saat itu sangat tajam. Isunya cuma satu dulu, yaitu terbentuknya Provinsi Banten,” jelasnya.
Jumhadi yang pada saat itu sebagai Sekretaris Umum Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bandung tahun 1999 juga ikut berperan dalam mendorong pemisahan Banten dari Provinsi Jawa Barat. Ia menceritakan perjuangannya dengan mahasiswa-mahasiswa Banten yang ada di Bandung.
Menurutnya berbagai Aksi Demonstrasi dilakukan agar Banten menjadi Provinsi. Seperti Aksi Debus.

“Berbagai bentuk aksi kami lakukan dengan seluruh Ormawa (Organisasi Kemahasiswaan) Banten yang ada di Bandung, termasuk Debus,” ujarnya.
Meskipun serba terbatas kata Jumhadi, tapi demi memperjuangkan Banten menjadi Provinsi, pihaknya terus maju untuk berjuang.
Sementara itu Ade Mulyadi salah satu aktivis yang mewakili Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) Bandung mengatakan, bukan hal yang mudah untuk memperjuangkan Banten untuk menjadi Provinsi. Konsolidasi dan aktivitas kritisi yang dilakukan melalui aksi demonstrasi di Gedung Sate Bandung adalah bukti semangat para mahasiswa gerakan untuk mendorong pemisahan Banten dari Provinsi Jawa Barat.
“Banten menjadi Provinsi bukan merupakan hadiah, melainkan hasil dari kerja keras,” ujarnya.
Dikatakan Ade Mulyadi, prihal Banten menjadi Provinsi harus diprioritaskan, sebagaimana yang terus diingatkan oleh Almarhum Uwes Qorny.
Selain itu, Sunandar yang merupakan Ketua Umum Keluarga Mahasiswa Pandeglang (Kumandang) Bandung tahun 1999 turut memberikan informasi tentang pergerakan yang dilakukan oleh mahasiswa pada saat itu. Menurutnya meskipun pada saat itu disiplin ilmu mahasiswa berbeda, namun dengan semangat perubahan untuk kemajuan Banten terus dilakukan oleh kawan-kawan mahasiswa.
“Pesan moralnya Banten bisa maju karena bersatu, apapun disiplin ilmunya tujuannya untuk maju dengan cara bersatu,” terangnya.
Hal yang sama dikatakan Haji Nuh, aktivis dari Keluarga Mahasiswa Tirtayasa (Kamayasa) Bandung. Nuh mengatakan bahwa dengan peristiwa tersebut harus menjadi pengikat dalam meneguhkan komitmen yang sudah dibangun sejak masa dulu. Melalui berbagai agenda positif untuk kemajuan Provinsi Banten.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Ade Burhanudin, aktivis dari Ikatan Keluarga Mahasiswa Banten (IKMB) Bandung. Bahwa saat ini di Pemerintah Provinsi Banten banyak yang diduduki oleh mantan-mantan Aktivis. Semestinya harus bisa memberikan pengaruh yang baik untuk kemajuan Banten.
“Jangan tidur! Saya mohon ada tindak lanjut dari pertemuan ini,” katanya kepada seluruh mantan aktivis yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Kemudian selanjutnya, Agus Arif Rahman yang mewakili aktivis gerakan Banten di Yogyakarta memaparkan perjuangannya dengan mahasiswa-mahasiswa Banten yang berada di Yogyakarta. Ia dengan 55 temannya berangkat dari Yogyakarta ke Bandung untuk terus menyuarakan kepada Pemerintah Jawa Barat pada saat itu, agar mempercepat Banten menjadi Provinsi.
“Mahasiawa Yogyakarta asal Banten, 19 tahun yang lalu dengan jumlah kurang lebih 55 orang berangkat ke Bandung, untuk melakukan aksi mendorong pihak Jawa Barat segera menerbitkan rekomendasi atas terbentuknya Provinsi Banten, sehingga masyarakat Banten bisa mengurus Wilayahnya secara mandiri serta menjadi tuan di Rumahnya sendiri,” paparnya
Arif yang sering dikenal dengan panggilan Gus Koper merupakan salah satu Presidium Front Perjuangan Mahasiswa Banten Yogyakarta (Formaby) tahun 1999. Ia mengharapkan Banten menjadi Provinsi yang lebih maju dan sejahtera.
“Hari ini Banten telah menjadi Provinsi, saatnya semua elmen masyarakat banten mengisinya dengan memberikan yang terbaik bagi terwujudnya Banten yang sejahtera secara ekonomi, adil secara budaya dan demokratis secara politik,” harapnya.
“Inilah responsibility sekelompok anak muda asal Banten yang saat itu sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Kami bergerak untuk berbuat agar kita tidak mencari suaka ditanah sendiri,” pungkasnya. (*/Qih)
