51 Peserta Ikuti Kelas Pemustaka Bersama DPK Banten

Dprd ied

SERANG – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DKP) Provinsi Banten kembali melanjutkan agenda literasinya dengan kegiatan Kelas Pemustaka yang diikuti oleh 51 peserta secara virtual.

Kegiatan yang biasanya dilakukan secara tatap muka, akhirnya terpaksa beralih ke platform digital, lantaran masih dalam kondisi pandemi Covid-19.

“Meskipun beralih menjadi virtual, kelas pemustaka tetap dapat disimak oleh masyarakat melalui akun youtube Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten (@DPK Provinsi Banten),” kata Kabid Deposit Pengembangan Koleksi dan Layanan Perpustakaan pada DPK Banten, Evi Saefudin, saat dikonfirmasi Fakta Banten, Rabu (14/7/2021).

Kelas Pemustaka virtual kali ini diikuti oleh 51 orang peserta yang berasal dari berbagai kalangan, diantarnya ibu rumah tangga, relawan rumah dunia, dan anak-anak.

Pada kesempatan ini, DPK Provinsi Banten mengangkat tema “Menulis Cerita Untuk Anak” dengan menghadirkan Tias Tantaka seorang penulis yang tinggal di Kota Serang.

Kegiatan ini kata Evi, bertujuan untuk memfasilitasi para pemustaka dalam pada mendalami tema-tema tertentu untuk meningkatkan kemampuan para pemustaka pada bidang yang akan digelutinya.

dprd tangsel

“Tujuannya adalah memberi pembekalan kepada para pemustaka yang tertarik dengan dunia tulis menulis, khususnya tentang cerita untuk anak,” katanya.

“Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada saat ini anak-anak yang masih menjalankan pembelajaran jarak jauh, untuk itu diharapkan melalui tulisan cerita, anak-anak masih bisa belajar melalui tulisan cerita/dongeng,” imbuh pria yang kerap dipanggil Eping ini.

Sementara, Tias Tatanka pada kesempatan ini membagikan tips dan trik menulis cerita anak kepada peserta. Peserta dipandu oleh Tias untuk menentukan tokoh pada cerita anak.

Menurut Tias, tokoh pada cerita anak baiknya tidak terlalu banyak karena cerita anak biasanya tidak panjang, dan bercerita tentang hal-hal sederhana di kehidupan anak. Meskipun pendek kata dia, cerita anak harus mengandung pesan yang ditujukan kepada anak-anak.

Selain jumlah tokoh dan pesan dibalik cerita, Tias juga menyampaikan bahwa penulis cerita anak harus memperhatika usia tokoh utama.

Hal lain yang perlu diperhatikan lanjut Tias, yakni terkait latar belakang konflik pada cerita anak. Menurutnya, penulis cerita anak harus memperhatikan kondisi saat ini.

“Misalkan diceritakan ada seorang anak minta dibelikan kamera, dalam cerita itu penulis cerita baiknya menjelaskan latar belakang kenapa si anak menginginkan kamera dikarenakan saat ini handphone kamera kualitasnya sudah bagus sekali, jadi anak ini pasti memiliki latar belakang ingin memiliki kamera, ini harus diperhatikan,” pungkasnya. (*/Faqih)

Golkat ied