Ekonomi Banten Tumbuh Tapi Pengangguran Dan Kemiskinan Masih Tinggi, BI Ungkap Penyebabnya

SERANG-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Agustus 2025 sebesar 6,69 persen, naik sebesar 0,01 persen poin secara yoy.
Kemudian untuk persentase penduduk miskin pada Maret 2025 sebesar 5,63 persen, turun sebesar 0,07 persen poin atau turun sebanyak 4,7 ribu jiwa dibandingkan September 2024.
Berkaitan dengan ini, ketimpangan pengeluaran penduduk atau Gini Ratio periode Maret 2025 di Banten sebesar 0,330. Angka ini lebih rendah 0,029 persen poin dibandingkan Gini Ratio Pada September 2024.
Kepala KPw BI Banten Ameriza M Moesa menyebut, provinsi paling barat di Pulau Jawa ini dihadapkan pada tantangan dalam mengoptimalkan kapasitas ekonominya.
Ia heran atas kondisi Provinsi Banten yang ekonominya tumbuh dengan baik, tapi tingkat pengangguran dan kemiskinan masih tinggi.
Dirinya menyebut, disparitas atau kesenjangan wilayah antara Banten Utara dan Banten Selatan jadi biang keladi ukuran kedua makro ekonomi tersebut masih tinggi.
“Karena disparitas itu yang menjadi penyebab,” katanya dalam konferensi pers, Selasa (9/12/2025).
Masalah ketimpangan, kata dia, menjadi akar penyebab mengapa pertumbuhan ekonomi Banten yang bagus namun tak mampu menekan angka pengangguran dan kemiskinan.
Dari letak geografisnya, pemetaan ekonomi Banten Utara ditopang oleh sejumlah daerah yang memiliki kawasan industri.
Kota Tangerang, Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota dan Kabupaten Serang, Kota Cilegon, sebesar 91,5 persen yang memiliki Kawasan Industri Padat Modal, serta Kawasan Perdagangan dan Perumahan.
Sementara sisanya, kawasan Banten Selatan yaitu Kabupaten Lebak dan Pandeglang, hanya menyumbang kontribusi kepada pembentukan perekonomian Banten sebesar 8,5 persen.
Dari sisi investasi juga tak kalah jomplangnya. Periode Januari-September 2025, nilai total investasi Banten mencapai Rp 91,6 triliun.
Jumlah ini, kontribusi terbesarnya berada di wilayah Banten Utara dengan pangsa 98,1 persen. Untuk Banten Selatan dengan jumlah pangsa hanya berkontribusi 1,9 persen dari total investasi baik itu asing maupun investasi dalam negeri.
Meski Kabupaten Lebak dan Pandeglang kaya akan sumber daya alam, wilayah Banten Selatan masih menghadapi tantangan struktural. Tantangan tersebut berupa keterbatasan ketersediaan infrastruktur.
“Baik itu aksesibilitas, konektivitas, utilitas dan fasilitas publik,” paparnya.
Selanjutnya dari aspek sosial budaya, Banten Selatan masih relatif tinggi angka penganggurannya.
Tak bisa dipungkiri, aspek geografi Banten Selatan memiliki indeks kerawanan bencana yang cukup tinggi, dan aspek kelembagaannya juga belum optimal.
“Ya belum optimalnya kerjasama pemerintah dan badan usaha,” jelasnya. ***
