Hadirkan Profesor Belanda, Untirta Dan PUB Kaji Sejarah Kejayaan Islam Di Banten
SERANG – Dalam upaya menggali kembali sejarah kebudayaan Islam di Banten, Perkumpulan Urang Banten (PUB) bersama Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar seminar internasional dengan tema ‘Research on Islam In Indonesia : Hubungan Banten & Belanda Sejak Era Kesultanan Sampai Dengan Era Politik Etis’, Rabu (3/7/2019), bertempat di Auditorium gedung B kampus A Untirta.
Seminar tersebut menghadirkan seorang Guru Besar bidang kajian Islam Asia Tenggara dari Universitas Leiden Belanda, Nico J.G. Kaptein, dan dihadiri para petinggi Untirta, para petinggi PUB, tamu undangan serta para peserta seminar.
Rektor Untirta Sholeh Hidayat mengatakan bahwa pada abad ke-16, Banten pernah menjadi salah satu pusat perdagangan besar di Indonesia, setelah penguasaan Malaka pada tahun 1511 M. Letaknya yang dekat dengan selat Sunda, menjadi pintu gerbang alternatif untuk jalur pelayaran dari Barat sejak awal abad 17 Masehi.
“Ketika itu pelabuhan Banten semakin ramai dikunjungi pedagang dari daerah Barat dan Timur, salah satunya adalah bangsa Portugis. Belanda mengikuti dengan mendarat di Banten pada tahun 1596 M dengan dipimpin Cornelis de Houtman,” ucap Sholeh Hidayat.
Sholeh pun mengungkapkan rasa bangganya karena Untirta telah diberikan kesempatan menjadi tuan rumah dalam seminar Internasional tersebut. Ia pun mengucapakan terimakasih kepada keluarga besar PUB, atas kerjasamanya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
“Saya sangat berbangga, hari ini kami (Untirta) mendapat kesempatan menjadi sejarahwan. Terimakasih pula kami ucapkan kepada PUB, mudah-mudahan nanti ketemu lagi dalam kesempatan yang sama dengan para akademisi, tentu juga dengan perguruan tinggi yang lain,” ungkap Sholeh.
Ketua PUB (Perkumpulan Urang Banten), Irjen. Pol. (Purn) Taufiequrahman Ruki, mengatakan bahwa PUB adalah sekelompok orang-orang Banten yang berisikan bukan saja kaum intelektual dan pejabat, melainkan masyarakat umum lainnya.
“Kebersamaan PUB memiliki kepedulian kepada Banten dan itu tidak harus pada orang Banten. Kami memiliki kepedulian yang tinggi baik kepada orangnya, pemerintahannya maupun kulturnya,” ucap Ketua PUB.
Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu pun berpesan kepada peserta seminar agar bisa membangun semangat ke-Banten-an, layaknya semangat Sultan Maulana Hasanudin dalam membangun Kesultanan Banten.
“Seperti pula semangat Sultan Ageng Tirtayasa, dalam mengelola Kesultanan Banten. Mereka memiliki semangat yang besar untuk membawa Banten kembali jadi Negeri yang Jaya,” himbaunya.
Sementara itu, narasumber utama seminar, Nico J.G Kaptein memaparkan bahwa dalam mengkaji Islam di Indonesia, sebaiknya pendekatan yang digunakannya yaitu pendekatan Interdisipliner. Namun, lanjutnya, tidak pula melupakan pendekatan sejarah.
“Dan penting untuk mengungkap naskah-naskah dan data-data yang sangat banyak di Belanda. Kalau itu tidak diungkap atau dikaji, nanti orang tidak memiliki basis data untuk meneliti kajian-kajian. Selanjutnya, kajian tipologi sosial, budaya, dan sebagainya, banyak yang meminati menggunakan pendekatannya lebih pragmatis,” terangnya.
Ia menyarankan kepada para petinggi Untirta, agar kedepan bisa mengadakan kerjasama riset antar perguruan tinggi Banten dengan Perguruan Tinggi dari Belanda. Hal itu, menurut Nico J.G Kaptein agar mendapatkan kajian yang mendalam mengenai sejarah perkembangan Islam di Indonesia dengan basis data yang kuat.
“Supaya data yang dibutuhkan cukup, mudah-mudahan generasi muda Banten mau memotivasi diri, untuk bisa melakukan penelitian di Belanda. Karena Belanda merupakan tempat penyimpanan data yang terbaik di dunia,” tandasnya. (*/Faqih)