Ketua FKPT: Kaum Salaf Bukan Mazhab
SERANG – Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Banten, Amas Tadjudin menyebutkan, dalam catatan sejarah keislaman sejak zaman Nabi Muhammad SAW, Sahabat, Tabiin dan Tabi’ Tabi’in hingga akhir tahun 300 Hijriah tidak ditemukan suatu madzhab yang bernama Mazhab Salaf.
Menurutnya, meski kata ‘salaf’ disebutkan delapan kali dalam Al-Qur’an, namun hal itu tidak dalam keadaan membahas tentang salaf sebagai madzhab, begitu juga tidak dalam hadits nabi yang menyebutkan tentang adanya salaf sebagai suatu madzhab.
“Itu artinya, jika ada yang menyerukan supaya ikut madzhab salaf maka kita disuruh untuk mengikuti imam yang tidak ada, alias imam imajiner. Maka istilah yang benar untuk menyebut kelompok ini adalah kaum salaf bukan mazhab salaf ” kata Amas, Selasa (9/6/2020).
Di Indonesia, lanjut Amas, kaum salaf ini sudah ada sejak lama, tapi baru berani muncul ke permukaan sekitar tahun 1980-an dan mendapatkan jati dirinya pasca reformasi nasional tahun 1999.
“Kaum salaf ini terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu kaum salafi dakwah (KSD) dan Kaum Salafi Radikal (KSR),” tegas Sekretaris Umum MUI Kota Serang ini.
Sementara Ketua MUI Banten, AM Romly menuturkan, ada dua kelompok besar saat ini dalam mempraktekan kehidupan beragamanya. Dua kelompok ini adalah kelompok tekstualis skripturalis yang cenderung rigid dalam memahami teks-teks keagamaan sehingga pemahamannya kadang kaku dan sering kali mengkafirkan orang dan pemahaman kelompok lain yang tidak sealiran atau yang dianggap beda.
“Kelompok kedua yaitu kelompok liberal yang berupaya untuk melakukan kontekstualisasi ayat secara longgar dan permissif. Kedua kelompok ini tentu tidak sejalan dengan konsep keadilan dan keseimbangan yang dimiliki Islam,” tuturnya.
Tokoh Pondok Pesantren, Mohamad Ardani, yang juga pimpinan pondok pesantren di Cisoka Tangerang menambahkan, gerakan salafi dimulai pada abad ke 18, dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahab, yang dilanjutkan oleh Nashiruddin Albani dan Abdullah bin Baz.
“Ciri dari gerakan ini menampilkan karakter anti madzhab, selalu membid’ahkan pada ritual ibadah yang tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW,” pungkasnya. (*/YS)