Khalid Miqdar Ungkap Tekanan Saat Melawan PIK 2, Termasuk Iming-iming Endorse Sarung Rp 30 Juta 3 Menit
SERANG – Nelayan asal Serang dan juga aktivis pagar laut, Khalid Miqdar, mengungkap berbagai tekanan yang ia alami dalam perjuangannya melawan proyek Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2) Tanggerang Banten.
Ia mengaku pernah ditawari endorse sarung senilai Rp 30 juta untuk video berdurasi tiga menit, namun ia menolaknya.
“Dari yang halus sampai kasar, saya mengalami banyak tekanan. Saya sering memakai sarung ke mana-mana, lalu ada telepon yang menawarkan endorse sarung Rp 30 juta hanya untuk tiga menit. Saya menolak, karena saya bukan artis. Saya berjuang bukan karena uang, tetapi karena Allah,” ujarnya, Sabtu (8/3/2025).
Menurut Khalid, perjuangannya bukan untuk kepentingan pribadi atau mencari keuntungan materi.
“Bahkan jika ditawari Rp 1 triliun untuk satu detik pun, saya tidak akan menerimanya. Saya pernah bertanya kepada perusahaan sarung, dan mereka tidak pernah mengajukan tawaran seperti itu. Ini jelas permainan pihak lain,” tegasnya.
Khalid menegaskan bahwa dirinya lebih memilih melawan keserakahan daripada tunduk pada kepentingan segelintir orang kaya.
“Saya lebih memilih berjuang melawan kerakusan. Kalau dunia dan seisinya tidak bisa memuaskan keserakahan, maka satu-satunya ukuran yang bisa digunakan adalah akidah,” katanya.
Ia juga menyoroti status proyek PIK 2 sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Menurutnya, pencanangan proyek ini seharusnya dikaji lebih dalam agar tidak merugikan masyarakat kecil.
“Saya bukan menolak PSN, tetapi PSN itu harusnya seperti apa? Jangan sampai negara dan BUMN malah membuka ruang bagi asing untuk ikut campur tangan,” katanya.
Khalid juga menyebut adanya aktor intelektual yang diduga memainkan peran besar dalam proyek PIK 2.
“Di Kota Serang, ada seseorang berinisial (MS) yang saya yakini sebagai otak di balik gerakan ini. Dia mengendalikan pergerakan di wilayah utara dan membentuk kelompok yang mendukung proyek investasi ini,” ungkapnya.
Ia mengibaratkan kelompok pendukung proyek ini sebagai “orang-orang berjubah emas”, yang setelah berpesta pora dengan kekuasaan, justru menindas rakyat kecil.
Di tengah perjuangannya, Khalid juga mengungkap keinginannya untuk bertemu Presiden Prabowo Subianto guna membahas proyek ini secara langsung.
“Keinginan untuk bertemu Presiden Prabowo ada, tapi saya masih menunggu momen yang tepat,” pungkasnya. (*/Nandi).