Mengenal Lebih Dekat Makna Lambang dan Eksistensi Kesti TTKKDH
SERANG – Kebudayaan Seni Tari (Kesti) Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKKDH), merupakan organisasi seni kebudayaan yang telah dikenal dunia.
Kesti TTKKDH lahir pada 12 Maulid 1373 Hijriyah atau 1952 Masehi. Selama kurang lebih 69 tahun Kesti TTKKDH telah melakukan ekspansi kebudayaan, mulai dari wilayah Banten hingga ke luar negeri.
Eksistensinya dipandang positif oleh publik. Maka dari itu tak heran jika anggotanya kini mencapai sekitar 350 ribu yang tersebar di kabupaten/kota se-Banten, bahkan ada juga yang di luar daerah dan luar negeri .
Untuk itu mari kita ketahui lebih dekat apa sebenarnya Kesti TTKKDH.
Makna lambang Kesti TTKKDH
Kepada wartawan, Wakil Sekertaris KESTI TTKKDH, Deden Apriandhi membeberkan makna lambang Kesti TTKKDH.
Menurutnya dalam logo itu terdapat bintang satu, yang merupakan makna Ke-Esaan Tuhan yang patut disembah dan tiada Tuhan selain Allah SWT, yang telah memberikan kemakmuran sandang pangan umat pada umumnya anggota TTKKDH pada khususnya, serta kenikmatan lainnya yang tak terhingga.
Selanjutnya terdapat warna hijau yang menunjukkan pada nuansa keagamaan yang kental, sementara warna kuning melambangkan perdamaian.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Banten ini menjelaskan, Kesti TTKKDH sendiri adalah sebuah perkumpulan kebudayaan seni silat dan tari aliran Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir yang berbentuk lingkaran. Menurutnya lingkaran itu pertanda kebulatan tekad.
“Padi melambangkan kesejahteraan pangan dan melambangkan ketidaksombongan karena padi semakin berisi semakin merunduk. Kapas hijau muda melambangkan kesuburan (perdamaian), dan putih melambangkan kesucian (kebersihan hati),” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (26/1/2021).
Selain itu, dalam logo itu juga ada sebuah Keris, dimana Keris itu merupakan simbol kebudayaan para nenek moyang terdahulu yang nemiliki tuah yang luar biasa, baik dalam media dakwah maupun peperangan fisik.
“Serta melambangkan semangat perjuangat pendekar Tjimande untuk mempertahankan hak (Amar Ma’ruf Nahi Mungkar),” kata Deden.
Adapun untuk lingkar bulat yang mengelilingi menunjukkan kebulatan tekad dari perkumpulan Kesti TTKKDH yang cenderung tentang keagamaan, menghendaki kemakmuran sandang pangan serta memperkuat budaya para leluhur.
Sementara itu, terdapat juga lima garis mengelilingi pusaka, yang melambangkan shalat 5 waktu, dan api berkobar 17 yang melambangkan jumlah 17 rakaat shalat wajib setiap harinya. (*/Faqih)