Warga Baduy Kecewa Seba 2021 Tak Dihadiri Langsung Gubernur Banten
SERANG – Masyarakat adat Baduy yang mengikuti perayaan Seba Baduy 2021 mengaku kecewa lantaran kehadiran mereka tidak disambut langsung oleh Gubernur Banten Wahidin Halim.
Sebab, sebanyak 24 orang perwakilan masyarakat adat Baduy yang mengikuti Seba Baduy 2021 hanya ditemui oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Tabrani saat tiba di Museum Negeri Banten, Kota Serang pada hari Sabtu (22/5/2021) malam.
Seperti yang disampaikan perwakilan masyarakat adat Baduy yang juga Tanggungan Jaro ke-12 masyarakat adat Baduy, Saidi Putra. Menurutnya, perayaan Seba Baduy yang bertujuan untuk menjalin silaturahmi antara masyarakat adat Baduy dengan pemerintah berjalan kurang pas lantaran tidak dihadiri langsung oleh Gubernur Banten.
Bahkan, Saidi mengaku heran dengan tidak hadirnya sosok “Bapak Gede” atau Gubernur Banten dalam perayaan Seba Baduy tahun 2021. Padahal, diungkapkannya, jika pihaknya sudah memberikan kabar satu bulan sebelum perayaan Seba Baduy kepada pihak pemerintah.
“Tapi kami heran, untuk silaturahmi setaun sekali tidak bisa menyambut. Bikin waktu satu sampai dua jam. Itulah yang buat kami sedikit kecewa. Jadi ada sedikit kurang pas yang namanya silaturahmu, yang dituju A, yang datang B,” kata Saidi saat ditemui awak media di Museum Negeri Banten, pada Sabtu (22/5/2021) malam.
Bahkan, disampaikan Saidi, jika sikap Gubernur Banten yang tidak menyambut langsung masyarakat adat Baduy dalam perayaan Seba Baduy seperti tidak menganggap masyarakat adat Baduy sebagai bagian dari warga negara Indonesia dibawah naungan Pemerintah Provinsi Banten.
“Kami sama-sama warga negara, kekayaan negara, harta negara, sama. Walaupun kami orang Baduy seperti ini penampilannya tetap kami pengen diaku sebagai warga negara, bagaimanapun bentuknya, bagaimanapun keinginannya,” ujarnya.
Padahal, ditegaskan Saidi, jika masyarakat adat Baduy yang datang di setiap Perayaan Seba Baduy hanya untuk sekedar bersilaturahmi sekaligus menitipkan beberapa amanah para leluhur kepada para pemimpin daerah.
“Lain kecewa, tapi buat apa ada istilah ‘ngasuh ratu ngajayak menak‘, menak parahiyang itu bupati, menak kadu kujang itu bupati, menak agak besar itu gubernur. Cuma sekedar pengen ketemu sama gubernur, tapi gak ada gubernurnya, gak tahu alasannya apa,” ungkapnya.
Hal senada turut disampaikan pendamping masyarakat adat Baduy, Uday Suhada. Disampaikan, jika kekecewaan masyarakat adat Baduy lantaran tidak disambut langsung oleh Gubernur Banten merupakan hal yang wajar.
Pasalnya, menurut Uday, jika kehadiran masyarakat adat Baduy dalam rangka perayaan Seba Baduy bertujuan untuk bersilaturahmi dengan sosok kepala daerah.
“Jadi wajar ketika masyarakat adat Baduy merasa kecewa. Karena sebetulnya mereka ingin yang menyambut itu kepala daerah. Saya sangat menyayangkan sekali, kenapa harus diwakilkan,” ungkap Uday.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten Tabrani yang menyambut masyarakat adat Baduy dalam perayaan Seba Baduy mengaku, jika dirinya hanya mendapat tugas dari Gubernur Banten untuk datang dalam perayaan Seba Baduy.
Bahkan, dirinya pun tidak mengetahui pasti alasan dari Gubernur Banten Wahidin Halim tidak hadir secara langsung untuk menyambut perwakilan masyarakat adat Baduy dalam rangka perayaan Seba Baduy di tahun ini.
“Yang jelas saya hadir sebagai bentuk pelaksana tugas dari pimpinan, makanya saya datang. Tidak ada (alasan gubernur), mungkin saja beliau ada tugas atau acara lain yang mungkin tidak bisa diwakilkan secara pribadi sehingga menugaskan saya,” tandasnya. (*/YS)