Workshop Seni Rupa Mural Ramaikan Pekan Kebudayaan Daerah Banten 2022
SERANG – Pekan Kebudayaan Daerah Banten pada hari kedua di Gedung Juang, Kota Serang, Kamis (20/10/2022) diisi oleh workshop seni rupa mural.
Kegiatan yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten melalui Unit Pelaksana Tekhnis (UPT) Taman Budaya dan Museum ini dimeriahkan oleh para pelajar.
Kepala UPTD Taman Budaya dan Museum pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, Nasuhi mengatakan, gelaran pekan kebudayaan Banten 2022 hari kedua ini diisi oleh workshop seni rupa mural.
Workshop seni rupa mural pada pekan kebudayaan ini diikuti oleh 80 peserta yang terdiri dari pelajar SLTA se-Provinsi Banten.
Sebelumnya Nasuhi mengatakan, jika pekan kebudayaan Banten 2022 ini merupakan upaya untuk melestarikan seni budaya daerah di Provinsi Banten
Tak hanya itu kata dia, pekan kebudayaan juga bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan seni budaya daerah melalui pengembangan seni budaya daerah dan pemanfaatan seni budaya daerah.
“Dan mensosialisasikan ragam seni budaya daerah provinsi Banten bagi pelajar, komunitas pelaku seni budaya dan masyarakat umum,” jelasnya.
Sementara itu, seniman senior yang ditunjuk sebagai narasumber workshop seni rupa mural, Edi Bonetski mengungkapkan, sesi workshop seni mural ini dihadiri oleh siswa siswi pilihan di setiap sekolahnya.
“Workshop ini untuk mendapatkan pengetahuan seni mural, bagaimana memfungsikan mural sebagai bentuk kesadaran seni baru, media baru di dinding dengan cara memberikan materi yang mudah dimengerti dan dipahami. Seni mural ini dapat dilakukan dengan mudah di mana pun dan oleh siapapun,” ungkapnya.
Bagi Edi, seni mural ini juga bisa dilakukan oleh semua orang, tidak hanya seorang seniman saja.
Edi juga mengatakan, seni mural ini banyak sekali ditemukan pada zaman dahulu, seperti seni mural revolusi. Oleh karena itu mural menjadi alat perjuangan saat Banten melawan kolonialisme.
Ia menyebut, Kesultanan Banten melakukannya dalam bentuk kaligrafi tulisan dinding yang bernuansa Arab pegon.
Edi berharap, dengan adanya workshop seni mural ini para siswa mendapatkan pengetahuan baru.
“Mereka menjadi bertindak dengan kesadaran tubuh bahwa mural itu mudah dilakukan dan untuk bahan-bahannya pun tidak harus mahal melainkan bisa dimulai di lingkungan rumah dengan membuat seni mural di tembok,” tuturnya.
“Isinya bisa berupa kesadaran membuang sampah, mengajak untuk rukun warga, dan menciptakan lingkungan anak yang ramah. Dan ini harus dibangun sejak usia dini atau usia remaja,” sambungnya.
Selain diberikan pengetahuan tentang seni mural, para siswa juga diberikan pelatihan dan praktek untuk membuat seni mural. ***