LEBAK– Ketua DPD KNPI Kabupaten Lebak, Cucu Komarudin, melontarkan kecaman keras terhadap dugaan tindakan kekerasan yang dialami sejumlah petani di Kampung Pasir Kaweni, Desa Muara Dua, Kecamatan Cikulur.
Ia menyebut aksi tersebut sebagai bentuk nyata dugaan premanisme yang mengancam ketertiban sosial dan hak rakyat kecil atas tanah.
Peristiwa itu mencuat ke publik setelah sebuah video viral memperlihatkan sekelompok pria bersenjata tajam mendatangi area pertanian, mengacungkan golok, meneriakkan ancaman, serta merusak gubuk dan tanaman warga.
Aksi itu terekam jelas dan memunculkan kegelisahan di tengah masyarakat.
Cucu menilai, tindakan tersebut tidak hanya mencederai nilai-nilai kemanusiaan, tetapi juga menjadi alarm bahaya atas lemahnya perlindungan terhadap masyarakat kecil yang menggantungkan hidupnya dari sektor agraria.
“Kami tidak bisa diam melihat kejadian ini. Siapapun pelakunya, harus ditindak tegas. Jangan sampai wilayah kita dikuasai oleh mentalitas preman yang main hakim sendiri,” tegas Cucu kepada Fakta Banten, Kamis (17/7/2025).
Ia menambahkan, tindakan perusakan dan intimidasi terhadap warga yang tengah beraktivitas di lahan garapan harus dianggap sebagai kejahatan serius yang melanggar hukum.
Terlebih, kasus ini terjadi di wilayah yang menjadi perhatian publik dan pemerintah dalam program reforma agraria.
“KNPI Lebak berdiri bersama rakyat. Kami menolak keras segala bentuk kekerasan, apalagi terhadap petani yang hanya ingin bekerja dan menghidupi keluarganya secara halal,” katanya.
Cucu juga mendorong aparat penegak hukum untuk tidak ragu mengambil langkah tegas dalam menindak pelaku, sekaligus memastikan perlindungan hukum bagi masyarakat.
Ia menegaskan, pemuda Lebak tidak akan diam terhadap ketidakadilan.
“Kami akan kawal kasus ini, dan kami pastikan suara pemuda tidak akan bungkam ketika rakyat diinjak-injak oleh kepentingan yang tidak berpihak pada keadilan,” tandasnya.
Pernyataan tegas dari Ketua KNPI Lebak menambah tekanan kepada aparat untuk mengusut tuntas dugaan kasus kekerasan terhadap petani di Muara Dua.
Publik pun menanti langkah nyata penegakan hukum agar kasus ini tidak menjadi preseden buruk di masa depan. (*/Sahrul).
