Loading...

Satu Dekade Tinggal di Rumah Reyot, Keluarga di Lebak Bertahan dengan Penghasilan Rp20 Ribu Sehari

 

LEBAK – Di sudut Kampung Ciluluk, Desa Keusik, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak, Banten, sebuah kisah keteguhan hidup mengalir dari keluarga sederhana yang telah sepuluh tahun berteduh di rumah yang jauh dari kata layak.

Rumah itu berdiri ringkih dengan ukuran hanya 3×4 meter, berdinding bilik bambu yang mulai rapuh dan beratapkan genting bocor.

Tiangnya sudah keropos, dimakan usia dan rayap. Tak ada lantai keramik, hanya tanah dan bilah papan yang menghampar seadanya.

Di dalam rumah tersebut, Tia (40) bersama suaminya, Rahmat (37), serta dua buah hati mereka, menjalani hari demi hari dengan penuh syukur meski dalam keterbatasan.

Penghasilan Rahmat yang bekerja sebagai buruh angkut pasir tak menentu, berkisar antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per hari jumlah yang hanya cukup untuk membeli beras dan bekal sederhana bagi anak-anak mereka ke sekolah.

“Kami bertahan semampunya. Kalau hujan deras, air masuk dari celah-celah atap dan dinding. Tapi ini satu-satunya tempat kami pulang,” ujar Tia kepada Fakta Banten, Rabu (9/4/2025).

Bukan tanpa upaya, Pemerintah Desa Keusik melalui Kepala Desa Deden Handayani telah mengajukan permohonan bantuan program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sejak tahun 2022.

Namun hingga kini, angin segar bantuan belum juga berembus.

“Sudah kami usulkan sejak dua tahun lalu. Bahkan bukan hanya keluarga Pak Rahmat, ada sekitar 40 rumah warga lain yang masuk daftar pengajuan bantuan. Tapi memang sampai sekarang belum ada kejelasan,” jelas Deden.

Cerita keluarga Tia bukan sekadar potret kemiskinan, melainkan cerminan ketangguhan dan harapan.

Di tengah himpitan ekonomi dan minimnya perhatian, mereka terus berjuang tanpa kehilangan rasa syukur. (*/Sahrul).

WhatsApp us
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien