Krakatau Posco Ingin Kebut Pembangunan Pabrik Tahap 2
JAKARTA – PT Krakatau Posco akan mempercepat pembangunan proyek klaster 10 juta ton baja di Cilegon, Provinsi Banten. Saat ini, sejumlah pabrik produk baja hulu-hilir sedang dalam tahap pembangunan dan ada pula yang telah memasuki tahap uji coba produksi.
CEO Posco Ohjoon Kwon mengatakan permintaan baja Indonesia sempat stagnan saat industri mulai dirintis hingga masa-masa krisis. Saat ini, Indonesia yang merupakan negara perekonomian terbesar di Asia Tenggara dan membutuhkan ketersediaan baja dalam jumlah besar.
“Pertumbuhan ekonomi itu yang mendorong permintaan baja. Kalau kita lihat datanya, demand baja naik 2,5 kali lipat selama 2001 hingga 2015. Tapi seiring dengan hal tersebut, impot Indonesia juga makin besar,” kata Ohjoon di Jakarta, Selasa (23/5/2017).
Ohjoon menjelaskan salah satu upaya yang dilakukan Krakatau Posco adalah memaksimalkan utilitas fasilitas produksi yang sudah ada dan mempercepat pembangunan sejumlah pabrik. Selain itu, Krakatau Posco juga akan memperluas investasi ke produk-produk hilir baja.
Krakatau Posco merupakan perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel Tbk dan produsen baja terbesar asal Korea Selatan, Posco. Saham mayoritas perusahaan itu dimiliki Posco sebesar 70%. Total investasi untuk membangun klaster 10 juta baja tersebut mencapai US$3,6 miliar.
Saat ini Krakatau Posco memproduksi 3 juta ton baja yang terbagi menjadi plat sebanyak 1 juta ton dan 2 juta ton menjadi slab.
Sementara itu, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Mas Wigrantoro Roes Setyadi menyampaikan perusahaan juga tengah merealisasikan pembangunan pabrik baja lembaran panas (hot strip mill/HSM) kedua dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun.
Pabrik HSM tersebut sudah mencapai progress 17% dan ditargetkan dapat beroperasi pada kuartal kedua 2019. Pabrik HSM 2 tersebut akan melengkapi kapasitas Krakatau Posco dan Krakatau Steel yang saat ini sebesar 4,5 juta ton menjadi 6 juta ton.
“Kami juga sedang mendiskusikan untuk membangun pabrik CRM [cold rolling mill/baja canai dingin] dengan Nippon Steel. Jadi secara paralel kami kerjakan [beberapa pabrik] agar tercapai 10 juta ton baja itu pada 2025,” jelas Wigrantoro, seraya optimistis klaster 10 juta akan dapat terbangun sebelum 2025.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengemukakan industri baja merupakan sektor strategis karena merupakan induk dari industri lainnya. Apalagi, pemerintah sedang giat membangun infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, properti, energi, hingga telekomunikasi yang seluruhnya membutuhkan baja.
“Indonesia peringkat ke-62 untuk ketersediaan infrastruktur, di bawah negara Asia Tenggara lainnya. Pada 2017 ini, alokasi belanja pemerintah untuk infrastruktur naik 80% menjadi hampir Rp400 triliun sehingga industri baja sangat krusial,” jelas Airlangga.
Data Kementerian Perindustrian menunjukkan konsumsi baja nasional mencapai 12,67 juta ton pada 2016, dari 11,37 juta ton pada tahun sebelumnya. Dengan klaster Cilegon, impor baja dapat ditekan hingga 80%. (*)
Sumber: bisnis.com