FAKTA BANTEN – Khatib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Yahya Cholil Staquf, akhir-akhir ini tengah mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat luas, khususnya ummat Islam di Indonesia.
Seperti diketahui beberapa waktu lalu, Yahya Cholil Staquf, hadir di Israel sebagai pembicara di forum yang diprakarsai American Jewish Committee (AJC). Kehadirannya itu dianggap merugikan perjuangan bangsa Palestina, yang tengah berjuang melawan penjajahan Israel selama ini.
Umat Islam di Indonesia juga marah pada sikap Staquf yang dinilai tidak peka terhadap aspirasi umat Islam soal Palestina, apalagi Staquf diduga berbohong, karena sebelumnya ia sempat mengaku tidak jadi datang ke Israel untuk menghadiri undangan acara AJC.
Selain kehadirannya di Israel, ternyata sejumlah pemikiran Yahya Staquf yang kerap nyeleneh dan kontroversial, kembali menyeruak ke publik.
Salah satu isi ceramahnya yang terekam video dan kembali viral, tentang Islam Nusantara dan Islam Arab. Dalam video itu,Yahya Staquf menyatakan bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang sejati, bukan Islam abal-abal model di Timur Tengah.
Bahkan Staquf menyatakan, bahwa Islam di Arab datang sebagai penjajah.
“Islam yang hadir di Arab dan anak-anak peradabannya datang sebagai penakluk, ya kurang lebih sebagai penjajah,” ucap Staquf dalam ceramahnya.
Pemikiran aneh Staquf juga tergambar dalam sejumlah postingan di media sosialnya. Baru-baru ini, Staquf menuliskan status di medsos, bahwa dirinya rela masuk neraka. Asalkan hidup di dunia tidak terlalu sengsara.
“Kan ya nggak apa-apa to, kalau seluruh umat manusia jadi baik-baik saja? Kalaupun harus masuk neraka, bolehlah kiranya di dunianya nggak terlalu sengsara,” tulis Staquf, pada postingan 20 Mei 2018 lalu.
Selang satu hari kemudian, Staquf mengungkapkan kalimat lain bernada negatif pula. Entah maksudnya apa, yang terkesan adalah ungkapan kejengkelan Staquf.
“Dunia bergegas-gegas. Nggak punya waktu buat nungguin orang-orang goblok,” katanya pada 21 Mei 2018.
Meski sebagai Wantimpres, langkah Yahya Staquf ke Israel sendiri telah dibantah oleh Pemerintah Indonesia, bahwa hal tersebut tidak terkait dengan kebijakan negara. Bahkan organisasinya, PBNU juga menolak dikaitkan dengan kegiatan Staquf di Israel tersebut. (*/Red)