FAKTA – Sebelum namanya mencuat saat ini karena terseret kasus ujaran kebencian di media sosial, ternyata Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, merupakan sosok yang kerap berseteru dengan Ormas Muhammadiyah.
Pemberitaan media massa 10 tahun lalu di media online Republika.co.id kembali diulas oleh netizen.
Pemberitaan yang tayang pada 19 Juni 2013 lalu, ditulis dengan judul, ‘Muhammadiyah: Tudingan Thomas Jamaluddin Tak Cerminkan Seorang Saintis’.
Dalam pemberitaan saat itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengingatkan Thomas Djamaluddin, yang saat itu masih berstatus Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) agar tidak melemparkan pernyataan permusuhan terhadap Muhammadiyah.
Pernyataan dari PP Muhammadiyah, disampaikan Prof KH Yunahar Ilyas.
KH Yunahar saat itu menuturkan bahwa sudah kesekian kalinya Thomas Djamaluddin menyerang Muhammadiyah karena mengumumkan awal bulan puasa dan Idul Fitri menggunakan metode wujudul hilal.
“Bukan sekali dua kali dia menyerang Muhammadiyah, jadi biarkan saja biar umat yang menilai siapa yang Tafarruq (memisahkan diri dari ummat) dan siapa yang berusaha memprovokasi umat,” tutur KH Yunahar dalam pemberitaan sepuluh tahun silam.
Diketahui, perseteruan Ormas Muhammadiyah dengan Thomas Djamaluddin saat itu juga bermula dari postingan sosial media, Thomas Djamaluddin.
Saat itu Thomas membuat pernyataan, Muhammadiyah memilih tafarruq (memisahkan diri dari ummat) hanya karena membela Wujudul Hilal yang usang secara sains.
Menurut Thomas, Wujudul Hilal bukan masalah dalil, tetapi masalah sains karena rumusannya pun rumusan astronomis. Ia juga menilai para pembelanya bukan berargumentasi dengan logika sains, tetapi lebih mendasarkan pada fanatisme organisasi.
Pernyataan Thomas Djamaluddin saat itu pun menuai protes, terutama dari kalangan Muhammadiyah. Menurut kalangan Muhammadiyah statement itu bukan malah membuat umat semakin dewasa menyikapi perbedaan, tetapi malah membawa umat untuk ikut terprovokasi.
Kali ini di tahun 2023, postingan media sosial Thomas Djamaluddin pula yang mengawali konflik di media sosial hingga berujung ujaran kebencian dan ancaman untuk membunuh warga Muhammadiyah oleh peneliti BRIN lainnya, Andi Pangerang Hasanudin.
Peneliti BRIN dengan akun facebook bernama AP Hasanudin diketahui menuliskan kalimat bernada ancaman pembunuhan kepada warga Muhammadiyah.
Pernyataan Andi tersebut mengomentari postingan akun facebook Thomas Jamaluddin, terkait dengan perbedaan metode penetapan hari raya Idul Fitri 1444 Hijriyah antara Pemerintah dan Ormas Muhammadiyah.
Capture gambar postingan Thomas maupun Andi Pangerang dibagikan sejumlah pengguna media sosial, yang mengecam pernyataan tersebut.
“Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian,” tulis akun AP Hasanudin di Facebook.
Selain postingan ancaman membunuh, Andi Pangerang juga menyebut jemaah Muhammadiyah sebagai musuh dalam hal keilmuan dan masih egosektoral.
“Kalian Muhammadiyah, meski masih jadi saudara seiman kami, rekan diskusi lintas keilmuan tapi kalian sudah kami anggap jadi musuh bersama dalam hal anti-TBC (takhayul, bidah, churofat) dan keilmuan progresif yang masih egosektoral. Buat apa kalian berbangga-bangga punya masjid, panti, sekolah, dan rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan kami kalau hanya egosentris dan egosektoral saja?” tulisnya lagi di kolom komentar selanjutnya.
Saat ini tangkapan layar dari komentar AP Hasanudin tersebut banyak tersebar di jagat maya, baik di Twitter maupun di media sosial lainnya.
Sejumlah netizen juga mengungkapkan identitas Andi Pangerang yang merupakan seorang ASN di BRIN dan juga aktivis Generasi Muda Nahdlatul ‘Ulama (NU). (*/Rijal)