JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pada tahun 2016 lalu diketahui disibukan dengan program Revolusi Mental. Bahkan, untuk program ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani secara serius membentuk satuan kerja khusus bernama Revolusi Mental.
Sebagai kepanjangan tangan dari Menteri Puan, ada banyak program yang dilaksanakan Satuan Kerja Revolusi Mental. Salah satu diantaranya berupa kegiatan pengadaan barang berupa perlengkapan Rompi dan Topi.
Kegiatan atau proyek pengadaan rompi dan topi ini nampaknya dianggap hal yang amat penting oleh Menteri Puan, terlihat dari jumlah anggaran yang digelontorkan mencapai Rp 3,5 miliar lebih. Bahkan jumlah rompi dan topi yang diborong Menko PMK ini sebanyak 26.000 Pcs.
“Saking banyaknya lebih dari cukup jika dibagikan kepada Suporter Persija yang memenuhi Stadion GBK di piala presiden kemarin,” sindir Maghfira, Koordinator Analisis Center for Budget Analysis (CBA) dalam rilisnya kepada media, Selasa (20/2/2018).
Center for Budget Analysis secara khusus mengkritisi terhadap program yang dijalankan Menko PMK tersebut, khususnya Satuan Kerja Revolusi Mental.
“Karena program dan kegiatan yang dilaksanakan tidak sehebat nama satuan kerjanya Revolusi Mental,” tegas Maghfira.
CBA juga secara khusus menyoroti harga pengadaan barang-barang dalam program Revolusi Mental tersebut, seperti untuk pembelian Rompi dan Topi sebanyak 26.000 Pcs dengan nilai proyek senilai Rp3.510.000.000, hal ini terbilang fantastis.
“Selain mahal dan boros proses pengadaan rompi dan topi yang dijalankan Satuan Kerja Revolusi Mental bisa dibilang riskan disalahgunakan, karena dijalankan dengan cara metode lelang cepat,” jelas Maghfira.
“CBA juga mendorong pihak berwenang khususnya KPK untuk segera membuka penyelidikan terhadap program-program yang dijalankan Satuan Kerja Revolusi Mental Menko PMK, khususnya pada pengadaan Rompi dan Topi,” pungkasnya. (*/Red)
