CUFC Ke 16 Besar Liga 2, Tapi Lapangan Sepakbola Warga Cilegon Makin Hilang?

Oleh: Ilung (Sang Revolusioner)

 

FAKTA BANTEN – Cilegon United Football Club (CUFC) sebagai tim yang mewakili Kota Cilegon di kancah persepakbolaan Nasional baru-baru ini memang bisa dikatakan berprestasi dengan lolos ke babak 16 besar Liga 2 Indonesia. Tentu menjadi harapan masyarakat Cilegon agar CU FC ini bisa menyamai prestasi Pelita KS tim asal Cilegon sebelumnya yang bisa tampil di Liga Utama Indonesia.

Walau prestasi CU FC sejauh ini menjadi semacam “dilema” bagi sebagian PNS di Pemerintahan Kota Cilegon, yang terpaksa harus menonton untuk bisa mengisi absensi kerja. Namun dalam tulisan ini saya tidak begitu tertarik menyikapi persoalan tersebut, hanya saja menyayangkan kalau jam pelayanan publik yang dilaksanakan oleh PNS menjadi berkurang saat CU FC bertanding di kandang, akibat mobilisasi PNS ke Stadion untuk menonton pertandingan.

Yang ingin saya sikapi adalah persoalan terus hilangnya lapangan sepakbola di Kota Cilegon.

Meski lapangan sepakbola yang dimaksud bisa dikatakan tradisional, tidak sebagaimana lapangan sepakbola ber-standarisasi PSSI apalagi FIFA, namun dari llapangan sepakbola tradisional inilah warga Cilegon khususnya anak-anak dan pemuda di Kampung-kampung bisa berolahraga rutin, berlatih sepakbola yang bisa melahirkan bibit-bibit bakat atau potensi pesepakbola lokal Cilegon.

Lalu kemana lapangan-lapangan sepakbola itu?

Tengoklah lapangan sepakbola GP di samping Kejari Cilegon itu, dulu disanalah tempat bermain dan berlatih anak-anak dan pemuda Kampung-kampung di Kecamatan Cilegon. Namun, kurang lebih satu tahun ini sudah berubah menjadi taman kota.

Dan beberapa bulan yang lalu, para pemuda Kampung Kalentemu, Kelurahan Samangraya pun mengalami hal serupa. Tatkala lapangan sepakbola tempatnya berlatih dan berolahraga di sore hari, kini tergusur oleh pembangunan yang dilakukan pemilik tanah, Badan Usaha Milik Negara, Krakatau Steel.

Belum lagi para pemuda Kampung Ramanuju, Kelurahan Citangkil yang biasa berlatih sepakbola di lapangan Helypad Krakatau Steel, beberapa hari ini mengeluh karena sudah banyak alat berat yang datang ke lokasi untuk membangun Alun-alun Kota Cilegon. Dan akan segera menyusul hilangnya Lapangan Sumampir, yang sebentar lagi berubah menjadi Transmart.

Tentunya masih banyak lagi lapangan sepakbola yang belum saya sebutkan nama dan lokasinya di Kota Cilegon ini yang sudah berubah bentuk dan fungsi akibat pembangunan.

Pijat Refleksi

Maka, dengan terus hilangnya lapangan sepakbola di Kota Cilegon, alangkah tidak berbanding lurus dengan setinggi apapun prestasi CU FC yang membawa nama Kota Cilegon ini nanti, tanpa adanya upaya dari Pemkot Cilegon untuk melakukan eksplorasi pembibitan pemain-pemain sepakbola berbakat, yang secara natural berasal dari lapangan sepakbola di Kampung-kampung yang ada di Kota Cilegon ini untuk mengisi skuad pemain CU FC di masa depan.

Akan tetapi apa mau dikata, lapangan sepakbola di Kampung-kampung itu, jangankan dijaga, dirawat dan dilindungi, justru dengan mengatas namakan pembanguan, Pemkot Cilegon sendiri yang menggusur lapangan-lapangan sepakbola di Kampung-kampung tersebut.

Cobalah sejenak Cilegon berkaca kepada Brazil, negara dengan segudang prestasi sepakbola dunianya, serta banyaknya melahirkan bintang-bintang sepakbola top dunia. Tak lain karena di sana warganya bisa bebas leluasa berlatih dan bermain sepakbola sejak anak-anak. Sebagaimana sang Legenda Ronaldo Da Lima, pemain yang pernah bersinar di club Barcalona dan Inter Milan serta sukses mengantarkan negaranya Brazil meriah trofi Piala Dunia 2002 sekaligus menjadi top scorer ini, lahir dari salah satu kampung kecil yang masyarakatnya gemar bermain sepakbola di Brazil.

Kalau Brazil dianggap muluk-muluk sebagai contoh, setidaknya kita Cilegon, bisa berkaca pada daerah lain di Indonesia, semisal Papua dengan Persipura sang “Mutiara Hitam” nya, yang memiliki permainan yang solid dan offensif dengan banyak pemain atraktif sehingga ditakuti klub-klub besar di tanah air. Karena sejak anak-anak hingga pemuda disana masih bisa leluasa bermain dan berlatih sepakbola di banyak tempat seperti pantai, dan lapangan-lapangan yang dibuat seadanya.

Dan dengan adanya seleksi pembibitan pemain di lapangan ini, terlebih kalau sampai ada pembinaan serius pemain sepakbola sejak anak-anak oleh pemerintahan setempat, maka ketika suatu daerah atau negara meraih prestasi luar biasa pun akan singkron dan berbanding lurus dengan fakta dan fenomena yang riil disana.

Jadi, esensinya Cilegon ini lebih mengutamakan prestasi sepakbola murni dari greshroot, prestasi sepakbola yang pragmatis dan instan, apa derasnya pembangunan?

Selain Brazil dan Papua, untuk urusan fanatisme suporter CU FC juga bisa berkaca dan mengambil contoh kepada Persib Bandung, klub sepakbola kebanggaan masyarakat Jawa Barat, sebuah Provinsi yang dua puluh tahun silam Cilegon dan Banten masih bernaung disana. Dari Persib Bandung, managemnt CU FC harus belajar bagaimana mendapatkan fanatisme suporter yang begitu besar dan kuatnya dari warga Jawa Barat dalam mendukung tim berkostum utama Biru tersebut.

Dan saya kira mengalirnya fanatisme warga Jawa Barat memberi support kepada Persib Bandung dengan Viking, Bobotoh dan sebagainya itu, karena dalam skuad Persib banyak terdapat pemain-pemain hasil seleksi dan binaan lokal Jawa barat sendiri. Dan embrio tumbuhnya fanatisme suporter Persib tersebut bisa jadi sejak Persib Bandung dengan seluruh skuad pemain bahkan pelatih lokal Jawa Barat, berhasil menjuarai Liga Indonesia pada tahun 1994.

Dan kembali lagi ke Cilegon. Jika saya bandingkan suporter CUFC dengan suporter Volcano Mania-Pelita KS dulu, saya anggap lebih fanatis, ramai dan lebih murni aksentuasinya suporter Pelita KS. Adanya bomber andalan Aliyudin yang merupakan pemain lokal Cilegon kala itu, bisa jadi penyebabnya.

Dan sekarang, di dalam skuad pemain CU FC, adakah figur pemain andalan yang merupakan asli pemain lokal dari Cilegon yang menstimulasi gelora masyarakat Cilegon untuk menjadi suporter fanatik CU FC ???

 

 

*) Penulis adalah Jurnalis Fakta Banten Online

KPU Cilegon Terimakasih
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien