Dasar Pemikiran Gerakan Al-Khairiyah

Bawaslu Cilegon Stop Politik Uang


(Catatan milad ke 95 tahun )

Oleh : Alwiyan Qosid Syam’ un (Ketua DPW Al-Khairiyah Banten)

Al-khairiyah yang didirikan oleh Brigjend KH. Syam’un pada tanggal 5 Mei 1925 adalah organisasi yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan dan sosial sebagai bentuk kepedulian terhadap diskriminasi pendidikan pribumi dan dunia pendidikan Islam yang dirasakan saat itu amat tertinggal.

Brigjend. KH. Syam’un seorang pahlawan nasional yg merupakan seorang ulama, panglima militer dan meragkap sbg Bupati Serang merupakan figure yang cukup berpengaruh hingga hari ini di masyarakat Banten umumnya dan Warga Al-khairiyah khususnya yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia.

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT dan mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. H. Joko Widodo yang telah memberikan anugerah gelar Pahlawan Nasional kepada alm. Brigjend KH. Syam’un, serta mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Serang dan Pemerintah Propinsi Banten, serta tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat tim penyusun naskah akademik yang di ketuai bapak Mufti Ali, P. hd

Advert

Antara Brigjend KH. Syam’un, Al-kairiyah, Banten, Tentara Nasional Indonesia serta Indonesia pada umumnya merupakan suatu yg tidak dapat dipisahkan, oleh karenanya, penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional kepada Brigjen. KH Syam’un bagi warga Al-Khairiyah, baik secara individu maupun organisasi adalah sebuah pesan yang memberi inspirasi dan konsekuensi secara moril, intelektual maupun spiritual untuk meningkatkan spirit atau jiwa kepahlawanan dalam rangka berpartisipasi membangun Bangsa dan Negara.

Momentum penganugerahan gelar pahlawan nasional tersebut, selain untuk mengenal personifikasi kepahlawanan juga untuk mengenal spirit kepahlawanan dan ideologi heroisme yang harus di tanamkan dan diamalkan oleh semua warga Al-Khairiyah sebagai potensi berkarakter untuk membangun kebudayaan luhur Bangsa Indonesia.

Kita harus pahami bahwa cerita sejarah dan peristiwa sejarah merupakan dua hal yang berbeda, dimana cerita sejarah merupakan buah karya penafsiran orang jaman selanjutnya terhadap suatu peristiwa di masa lalu dengan bukti-bukti otentik berupa data, dokumen dan saksi, sehingga cerita sejarah tersebut memiliki akurasi tinggi terhadap peristiwa sejarahnya dan bersih dari mitos.

Begitupun dengan sejarah kepahlawanan Brigjend. KH. Syam’un, hal itu merupakan buah penafsiran berdasarkan data, fakta, dokumen, bukti bukti yang kemudian disusun menjadi naskah akademik yang di legitimasi oleh surat keputusan Presiden Republik Indonesia tentang gelar pahlawan nasional kepada Brigjend. KH. Syam’un, yang dari sejarah tersebut banyak hikmah yang bisa diambil diantaranya nilai nilai yang terkandung didalamnya.

Diantara “historikal amaliyah Brigjen KH. Syam’un” telah menjadi inspirasi dan norma bagi prinsip dasar gerakan perjuangan Al-khairiyah dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar.

I. Prinsip Dasar Gerakan Al-khairiyah dalam aspek Amar Ma’ruf

Al-khairiyah telah lama berkarir dalam pasang surutnya tidak sekedar sebagai penyeru dalam amar ma’ruf namun sekaligus sbg praktisi dlm beberapa misi, diantaranya :

1. Misi Dakwah Islamiyah dan Mencerdaskan Ummat melalui Pendidikan

Dengan bukti didirikannya Nahdlotusy Syubanil Muslimin tahun 1916, Al khairiyah pada tahun 1925 serta HIS ( Hollandsch Inlandsch School ) pada tahun1930.

Al-khairiyah meyakini bahwa pendidikan sebagai pra syarat membangun masyarakat yg berkebudayaan luhur dimana melalui pendidikan yg memiliki misi menyalakan api kesadaran dalam setiap jiwa yang memotivasi dan menggugah daya kreatif dan daya kritis maka ummat akan tumbuh kesadaran intelektualnya, kesadaran religiusnya dan kesadaran ideologinya dalam rangka membangun masa depannya di dunia dan di akhirat.

2. Misi membangun Keberdayaan Ekonomi Ummat.

Sebagai misi pembebasan ketidak-berdayaan ummat di bidang ekonomi melalui pendirian koperasi yang kemudian diberi nama Coeperatie Boemi Poetera pada tahun 1927 yang diperkirakan sebagai sebagai bentuk keberfihakan Brigjend KH. Syam’un terhadap pribumi dan upaya mengimbangi ( baca : perlawanan ) kebijakan Politik Apartheid Belanda yang rasis dan berdampak pada dominasi dan monopoli ekonomi non pribumi kepada pribumi sebagai dampak atau konsekuensi stratifikasi sosial era kolonial yang menempatkan kelas sosial berdasarkan ras, dengan urutan :
• Kelas pertama bangsa Belanda dan Eropa serta Jepang
• Kelas kedua bangsa China, Arab dan Asia
• Kelas ketiga orang pribumi.

Hal tersebut diatur secara hukum oleh Pasal 163 juncto Pasal 131 Indische Staatregeling (IS) yang berlaku sejak 1926.

KPU Cilegon Coblos

Al-khairiyah meyakini bahwa dengan membangun keberdayaan rakyat dibidang ekonomi maka akan tumbuh kemandirian dan partisipasi peran rakyat yang mengarah kepada terwujudnya kemakmuran ekonomi bangsa.

3. Cinta Tanah Air sebagai bentuk perwujudan Nasionalisme

Dengan dibuktikan turut aktif dalam upaya-upaya kemerdekaan dan perang revolusi. KH. Syam’un tampil sebagai panglima militer di Banten dan Bogor serta kepala Pemerintahan Daerah sebagai Bupati pertama Kabupaten Serang era Republik, Panglima Daerah Pertahanan I yang aktif melakukan upaya mempertahankan NKRI, Pancasila dan UUD 45 hingga wafatnya dalam keadaan bergerilya.

Di tengah potensi serta peluang yang ada, pada saat itu, di tengah daerah lain menjadi negara Federal Indonesia Serikat, Brigjen KH. Syam’un seorang ulama besar yg cukup berpengaruh, seorang Panglima Militer yg disegani dan seorang Bupati, namun tidak memproklamasikan atau upaya-upaya terbentuknya Negara Republik Banten atau Negara Khilafah atau Negara Islam Banten misalnya, namun justru mendirikan dan memperkuat NKRI dan TNI yg berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di Banten.

Kami berpendapat, bahwa dengan Kemerdekaan dlm berbagai aspek dan Nasionalisme lah kedaulatan politik sebagai bangsa yang besar akan dapat diwujudkan.

Dari sejarah misi perjuangan Brigjend KH. Syam’un, kami dapat menarik kesimpulan berupa nilai nilai, diantara nilai nilai yang harus menjadi pantangan dan nilai nilai tradisi bagi warga Al khairiyah.

II. Prinsip Dasar Gerakan Al-khairiyah dalam Aspek Nahi Munkar ( sebagai Pantangan Warga Alkhairiyah.)

Gerakan ini selaras dan memperkuat gerakan amar ma’ruf Al-khairiyah sebagai bentuk upaya preventif dari perbuatan yg munkar, sbb :

1. Jangan sekali-kali membodohi orang lain jika tidak bisa mencerdaskannya.

2. Jangan sekali-kali memiskinkan orang lain jika tidak bisa membangun keberdayaan ekonominya.

3. Jangan sekali-kali merusak agama, bangsa dan negara jika tidak bisa mencintainya.

III. Nilai nilai tradisi :

Alkhairiyah dalam aspek tradisi, merupakan kaum yg mengklaim sebagai kaum moderat yang mengedepankan nilai-nilai keseimbangan dan toleran serta mengedepankan kemaslahatan.

Akhirnya, 95 tahun Al-khairiyah berkarir dalam gerakan diatas, patut di renungi oleh kita semua warga Al-khairiyah bahwa realita sejarah Al-khairiyah telah menyimpan banyak cerita pasang surut gerakan, yang kekinian grafiknya cenderung melemah dan semoga terus berbenah untuk kembali mengembangkan pemikiran dan gerakan di berbagai aspek yg telah menjadi prinsip dasar gerakan Al-khairiyah.

Pada akhirnya, di Al-khairiyah ini, sangat banyak orang² hebat telah melahirkan orang-orang hebat, walau saya bukan orang hebat namun sbg hamba Allah yg di besarkan di lingkungan Al-khairiyah, saya ridho Al-khairiyah sbg tempat saya mengabdi kepada Allah, tak lupa saya mengucapkan : Selamat milad Al-khairiyah ke 95 tahun, Satria Setia Bakti, Al-khairiyah bakti sepanjang zaman.

Al-khairiyah milik ummat, dari Ummat kembali ke ummat, oleh Ummat untuk ummat.

والله في عون العبد ما كان العبد في عون اخيه.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

(***)

PUPR Banten Infografis
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien