Kiai Embay dan Inklusivisme Mathla’ul Anwar

Oleh: Eko Supriatno

Muktamar Ke-20 Mathla’ul Anwar berakhir dengan terpilihnya Kiai Embay
Mulya Syarief sebagai ketua umum periode 2021-2016 pada Sabtu (3/4/2021).

Mathla’ul Anwar adalah salah satu organisasi keagamaan tertua dan ketiga terbesar di Indonesia, berdiri tahun 1916 di Menes, Banten 4 tahun sesudah Muhammadiyah berdiri di Yogyakarta.

Mathla’ul Anwar lebih banyak bergerak di pedesaan terutama di Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Lampung, dan mengelola sekitar ribuan madrasah mulai dari tingkat
dasar, pesantren hingga perguruan tinggi. Mathla’ul Anwar mempunyai perwakilan di
hampir semua provinsi di Indonesia.

Mathla’ul Anwar (MA) kini telah berusia 105 tahun, sejak kelahirannya tahun 1916 M
(10 Syawal 1334 H) Mathla’ul Anwar selalu ingin menguatkan sumbangsihnya bagi
masyarakat dengan meningkatkan peranannya.

Peran nyata ini tetap konsisten pada
tiga bidang kegiatannya yaitu bidang Pendidikan, Dakwah dan Sosial.
Organisasi kemasyarakat Islam yang kini dipimpin Kiai Embay ini diharapkan terus
menjaga komitmen menyebarkan ajaran Islam jalan tengah melalui pendidikan dan
dakwah dengan menggunakan narasi kedamaian.

Sejak awal sudah diperkirakan, Kiai Embay Mulya Syarief bakal jadi pengganti KH
Syadeli Karim sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar.

Kiai Embay Mulya Syarief dipilih secara aklamasi oleh para Muktamirin dari 33
Pengurus Wilayah Provinsi di Indonesia di Muktamar XX Mathlaul Anwar.

Sebelumnya, dalam agenda pemilihan Ketua Umum yang baru, terdapat Tiga kandidat
yang diusung oleh para Pengurus Wilayah (PW), di antaranya Dr. H. Jihadudin, M.Pd,
Dr. H Yayan Hasuna, Mpd dan Kiai Embay Mulya Syarief.

Dari dokumen Rekomendasi PW yang ada, Kiai Embay mengantongi mayoritas PW.
Atas komunikasi yang dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat, kemudian Muktamar Mathla’ul Anwar mendaulat Kiai Embay Mulya Syarief sebagai Kandidat yang dipilih untuk menahkodai Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA).

Honda