Nabil, Trah “Jayabaya” Sang Penerus Kekuasaan Dinasti Lebak

Oleh: Rizwan Comrade (Aktivis Lebak Selatan)

Riuh politik di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Lebak sudah mulai hangat, para kandidat mulai membranding untuk menarik simpati dukungan baik masyarakat maupun partai politik. Beberapa tokoh politik yang mulai muncul dipermukaan diantaranya politisi PKS yang juga Anggota DPRD Provinsi Banten Iip Makmur, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Ade Hidayat yang sekarang menjabat Anggota DPRD Provinsi Banten.

Kemudian Mochamad Nabil Jayabaya yang menjadi representasi dari keluarga Dinasti Lebak, demi melanjutkan kekuasaan keluarganya yang sekarang dijabat oleh Iti Octavia Jayabaya.

Kendati demikian, anak kelima dari Keluarga Jayabaya ini berangkat dari pengusaha dan aktif di Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) Lebak. Namun track record politiknya dinilai tidak konsisten dan masih labil.

Dibeberapa media santer kabar bahwa Nabil Jayabaya “ngeper” lawan Petahana Irna Narulita Dimyati, dan mundur dari pencalonan pada Pilkada Pandeglang 2020 yang lalu, padahal sejak awal timsesnya sesumbar mengkritik Bupati Pandeglang soal pembangunan infrastruktur.

Sisi lain, Nabil Jayabaya dianggap oleh sebagian masyarakat belum cukup matang untuk memahami politik, apalagi memahami kondisi masyarakat Lebak, walaupun tidak dipungkiri yang memainkan ritme politik adalah keluarganya yaitu Dinasti JB.

Walau bagaimanapun, saya menganggap dinasti JB tidak akan menjadi jawaban atas ketimpangan yang terjadi di Lebak, yang ada hanya melanggengkan kekuasaan dibandingkan mensejahterakan rakyat Lebak.

Sejak dipimpin oleh Mulyadi Jayabaya dua periode, kemudian dilanjutkan anaknya yaitu Iti Octavia Jayabaya yang juga dua periode memimpin Lebak, namun belum bisa keluar dari kesenjangan akses serta pembangunan, dan sekarang masih saja memaksakan anaknya Nabil Jayabaya untuk diusung jadi Calon Bupati Lebak di 2024 yang akan datang.

Masyarakat jangan terus menerus masuk ke lubang yang sama untuk mempertahankan kondisi Lebak ditangan Dinasti, tidak ada rumus apapun secara objektif ditangan Dinasti suatu Daerah akan maju. Pun demikian kepada Partai Politik di Lebak, harus bisa memutus rantai ketergantungan terhadap politik Dinasti, jangan memperpanjang kemunduran dalam membangun kesejahteraan masyarakat, semakin mengikis kesucian demokrasi dimana partai politik sebagai wadah yang mampu menampilkan putra terbaik daerah untuk diusung. (***)

Honda