Pesta Demokrasi Generasi Z

Hut bhayangkara

 

Oleh : Abdul Muis, Aktivis Akademisi Psikologi, Creator @majetic_consulting

Generasi Z menjadi salah satu ceruk suara yang dapat menentukan kemenangan dalam kontestasi Pemilu 2024 mendatang. Generasi Z atau yang juga dikenal dengan sebutan genarasi pascamilenial itu bagaikan “gadis cantik” yang menjadi rebutan para politisi bahkan partai-partai peserta Pemilu 2024.

Generasi penentu kemenangan yang disematkan pada Generasi Z itu bukan suatu kesimpulan yang tergesa-gesa, hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas pada 2022, bahwa suara dari total pemilih yang sudah terdaftar mengalami peningkatan yang signifikan yakni sekira 30 persen.

Statistik yang ditunjukkan oleh KPU juga hampir sama, bahwa dari 190,5 juta hak pilih di seluruh Indonesia, kelompok Genarasi Z menjadi penyumbang suara terbanyak yaitu 35,59 persen atau setara 67,8 juta jiwa. Sementara jika melihat data sensus penduduk BPS pada 2020 lalu, populasi Genarasi Z mencapai 74,9 juta jiwa atau sekira 27,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia yaitu 270,20 juta jiwa.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pada kontestasi elektoral 2024 nanti suara Generasi Z telah menguasai sepertiga dari total calon pemilih. Maka, tidak salah jika Generasi Z disebut sebagai ujung tombak kesuksesan Pemilu 2024.

Generasi Z ini jika mengacu pada penggolongan kelompok yang dibangun oleh William H. Frey adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga tahun 2012 atau yang kini masih berusia sekira 11-26 tahun.

Generasi yang juga disebut sebagai centennial ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi lainnya, di antara perbedaannya adalah penguasaan informasi dan teknologi.

Hal itu merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari generasi tersebut.
Selain itu, Generasi Z memiliki karakter yang sangat fleksibel, memiliki kecerdasan yang lebih, dan cenderung lebih toleran pada perbedaan.

Harris Poll mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan, bahwa Generasi Z adalah generasi yang kreatif dan mereka adalah digital native.

Hal itu karena tumbuh kembangnya generasi tersebut berseiringan dengan perkembangan teknologi.
Berbagai karakter dan pemilik suara pemilih dominan itu harus menjadi perhatian khusus bagi pihak penyelenggara pesta demokrasi yang akan digelar pada 14 Februari 2024 mendatang, termasuk memastikan mereka menggunakan hak pilihnya, dalam artian memastikan mereka tidak golput.

Generasi Z dan Pemilu 2024
Ade Ismail Ananda menyampaikan bahwa ada dua persoalan yang dihadapi Generasi Z yaitu apatisme politik dan antusiasme politik irasional.

DPRD Pandeglang
Loading...

Di dalam konteks Indonesia, apatisme politik memiliki konotasi negatif karena mengindikasikan rendahnya kesadaran politik sehingga politisi yang terpilih akan memiliki legitimasi yang rendah karena yang dilakukan oleh kelompok apatisme politik ini adalah golput.

Masalah berikutnya adalah antusiasme politik irasional. Perilaku dari masalah ini adalah mereka memilih calon tanpa melihat visi, misi, dan program unggulan dari calon tersebut.

Akibatnya calon yang terpilih tidak memiliki gagasan dan miskin ide dalam membangun tatanan negara yang lebih baik.

Oleh sebab itu, penyelenggara Pemilu 2024 yakni KPU dan Bawaslu memiliki tugas tambahan yang harus dilakukan, yakni bagaimana Generasi Z memiliki perhatian lebih terhadap persoalan Pemilu dan demokrasi di Indonesia serta suara generasi ini tidak menjadi deligitimasi bagi penyelenggara Pemilu.

Pasalnya, selain karena faktor dominasi suara yang dimiliki, Generasi Z juga dapat membantu dalam mewujudkan suatu perubahan dalam dunia politik, sehingga tidak hanya kelompok tirani yang menjadi penguasa di negeri demokrasi ini.

Kekuatan suara yang dimilikinya jangan sampai hanya dimanfaatkan tanpa mengetahui apa urgensi keterlibatannya dalam Pemilu.

Dengan begitu, menjadi penting untuk memberikan wawasan politik yang baik serta mengajaknya untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan Pemilu 2024.

Langkah Melibatkan Generasi Z dalam Pemilu 2024

Ada beberapa cara atau strategi yang mesti dilakukan para penyelenggara Pemilu untuk memaksimalkan ceruk suara yang sangat besar dari Generasi Z.

Antara lain: Pertama, memberikan wawasan dan pemahaman politik. Semisal melakukan dialog bersama atau melakukan sosialisasi ke setiap sekolah atau kampus.

Kedua, melibatkan Generasi Z sebagai penyelenggara pemilu di level agen sosialisasi dan pengawasan dengan cara yang lebih kreatif melalui media sosial atau digital, hal ini bertujuan agar memberikan pengetahuan tidak hanya secara teoritis tapi juga dalam pengetahuan dalam tahapan dan pelaksanaan Pemilu.

Ketiga, melibatkan Generasi Z sebagai peserta Pemilu atau sebagai tim sukses dari calon peserta, hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengalaman tentang dinamika politik di Indonesia yang hal itu bermanfaat dalam proses pendewasaan dalam berdemokrasi. ***

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien