Ini Alasan Mahasiswi Asal Menes Bikin Laporan Palsu Dugaan Penculikan dan Penganiayaan

BI Banten Belanja Nataru

 

PANDEGLANG – Seorang mahasiswi semester 3 di UIN SMH Banten Sri Wulaningsih (20) nekat mengarang cerita menjadi korban penculikan dan penganiayaan orang tak dikenal hingga membuat laporan palsu ke Polsek Menes pada Sabtu (1/4/2023) lalu.

Kala itu, Sri Wulaningsih mengaku dirinya sempat menjadi korban penculikan saat dirinya sedang menunggu bus di Halte Cimanying, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang untuk berangkat ke kampusnya di Kota Serang pada hari Jumat (31/3/2023) lalu.

“Saat mobil bus tiba, saya dipukul di bagian leher belakang hingga tak sadarkan diri, saya dinaikkan ke bus masih setengah sadar. Kemudian saya diminta selfi di bus. Lalu diturunkan di tengah jalan, disuruh naik Avanza silver sama 3 orang yang tak dikenal,” ungkap Sri Wulaningsih kala itu.

Bahkan dalam pengakuannya itu, Sri Wulaningsih mengaku dirinya dibentak di dalam mobil para penculik hingga dianiaya dan dicium para pelaku sampai akhirnya diturunkan di dekat SPBU Palima, Kota Serang.

“Saya diintrogasi, dicium dan dipaksa minum obat. Saya gak tahu itu obat apa. Kemudian saya dinaikan lagi ke dalam mobil, terus diturunkan di dekat SPBU Palima,” tegasnya.

Terkini, diketahui bahwa pengakuan Sri Wulaningsih (20) warga Kecamatan Menes, Kabupaten Serang hanyalah sebuah kebohongan yang dibuatnya lantaran takut terhadap sang pacar dan orang tuanya.

Seperti pada sebuah video yang diunggah akun @satreskrimpolrespandeglang pada Senin (29/5), Sri Wulaningsih pun memberikan klarifikasinya terkait laporan dugaan penculikan dan penganiayaan dirinya ke Polsek Menes tidak benar adanya.

“Saya mau menjelaskan terkait laporan saya ke Polsek Menes pada 1 April (2023) adanya dugaan penculikan dan perbuatan tidak menyenangkan itu tidak benar. Bahwasanya hari itu saya pergi ke rumah teman saya dan diantarkan ke Palima. Kenapa saya melakukan itu? Karena adanya tekanan dari pacar saya dan takut kepada orang tua,” ungkap Sri Wulaningsih dalam video berdurasi 42 detik tersebut.

Polsek Menes Beberkan Awal Mula Terungkapnya Laporan Palsu Sri Wulaningsih

Panit Reskrim Polsek Menes Aiptu Aan Andriansyah membenarkan bahwa Sri Wulaningsih telah membuat laporan dugaan penculikan, namun saat ini laporan tersebut telah dicabutnya lantaran tidak benar terjadi.

Diakui Aan, terungkapnya laporan palsu tersebut setelah pihaknya melakukan serangkaian penyelidikan dan memeriksa sejumlah CCTV yang berada di TKP namun tidak ditemukan adanya unsur penculikan.

Pijat Refleksi

“Kita gelar, kita periksa lagi, dan saya yakinkan, saya cek beberapa CCTV untuk petunjuk, tapi tidak ada (penculikan). Akhirnya saya ngomong dari hati ke hati, akhirnya si ceweknya ngomong, dia mau jujur, kata dia penculikan itu memang tidak ada,” ungkap Aiptu Aan saat dikonfirmasi, Senin (29/5/2023).

“Saya bilang dia untuk bikin pernyataan pencabutan perkara kalau memang gak bener, karena kalau (laporan polisi) dicabut itu harus ada alat-alat bukti yang lain,” lanjutnya.

Dijelaskan Aan, bahwa Sri Wulaningsih nekat membuat laporan palsu dugaan penculikan dan penganiayaan lantaran takut usai diancam sang pacar untuk menyerahkan sejumlah uang.

Lanjut Aan, hal itu terungkap saat pihaknya melakukan pemeriksaan terhadap HP milik Sri Wulaningsih dan ditemukan adanya sejumlah chat dari sang pacar yang kerap meminta sejumlah uang.

“Dan betul pengakuan Wulan itu dan saya juga baca chat dari pacarnya, betul ada transaksi, ada uang yang masuk atas nama Rafli. Memang waktu itu dia berbohong karena takut sama pacarnya. Intinya dia alasan ke orang tuanya mau ke kampus, eh gak taunya janjian sama Rafli (pacarnya), sama pacarnya tapi gak jadi karena dia telepon temennya. Jadi ketemuannya sama temennya, tapi sama si Rafli ini ga ketemu,” paparnya.

Orang Tua Sri Wulaningsih Ungkap Alasan Anaknya Berbohong

Ayahanda Sri Wulaningsih, Acep mengatakan, bahwa putrinya bukan tanpa alasan harus berbohong menjadi korban penculikan dan penganiayaan hingga membuat laporan kepolisian.

Pasalnya, kata Acep, saat itu putrinya dipaksa dan diancam untuk menyediakan uang sebesar Rp4 juta oleh sang pacar namun uang yang diminta tidak ada.

“Hari itu diancam harus ada Rp4 juta, setelah dijumlah ada bukti pengiriman ternyata (Sri Wulaningsih) sudah abis Rp38 juta diperas sama si Rafli (pacar Sri). Dua takut tapi salahnya gak ngomong ke orang tua. Makanya bikin kronologis (penculikan) karena takut diancam dianiaya,” ungkap Acep saat dikonfirmasi, Senin (29/5/2023).

“Dan bapak ini punya penyakit jantung, jadi itu alasan dia gak ngasih tau orang tua. Karena uang gak ada hari itu, diminta Rp4 juta maka bikin kronologis (penculikan), ancamannya mau bakar rumah kalau gak ada uang itu,” lanjutnya.

Diakui Acep, bahwa dirinya pun telah mendapatkan pengakuan dari pacar sang anak mengenai pemerasan yang dilakukan hingga berencana melaporkan hal itu ke pihak berwajib.

“Mau (dilaporkan), bukti ada, dan pengakuan (Rafli) juga ada, bahkan ada niat buat mengembalikan, dia mau ketemu sama saya tapi saya gak mau,” tandasnya. (*/YS)

PJ Gubernur Banten
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien