Petani Cabai Terancam Gagal Panen Karena Sulit Air, Distan Pandeglang Akan Pinjami Pompa Air

PANDEGLANG – Sejumlah petani cabai yang berada di Kampung Cibeber, Desa Banyuasih, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang kesulitan mengairi areal perkebunannya karena kemarau. Selain itu, murahnya harga jual cabai rawit yang mereka tanam sendiri turut menambah penderitaan para petani tersebut.

Pasalnya, harga jual dari petani dengan harga jual di pasar sangat berbeda jauh dari apa yang diharapkan. Kesulitan merekapun bertambah seiring memasukinya musim kemarau yang membuat banyak tanaman para petani ini layu ataupun mati karena kekurangan air. Sehingga ancaman gagal panen pun seolah diambang mata.

Salah seorang petani cabai setempat, Mudin menyampaikan, jika sudah dua bulan terakhir kondisi kemarau yang melanda wilayah Pandeglang membuat kondisi air untuk mengairi perkebunan cabainya perlahan mulai mengering.

“Lumayan lama juga belum ada hujan lagi, sebelah sana tanaman banyak yang mati karena enggak kesiram,” ucapnya, Minggu (7/8/2020).

Ia pun mengeluhkan, kondisi harga jual cabai sebelum musim kemarau yang bisa mencapai Rp. 30ribu/kg. Namun, menurutnya, saat ini justru berbanding terbalik lantaran harga jual dari petani hanya berkisar Rp. 11ribu/kg saja. Sehingga dirinya pun terancam merugi.

“Dulu satu kilo harganya 30 ribu, sekarang mah hanya 11 ribu, tentunya ini enggak sebanding dengan modal awal kami mengolah ladang,” tuturnya.

Untuk itu, para petani cabai di wilayah tersebut pun memilih melakukan panen lebih awal meskipun harus dilema oleh nilai jual cabai yang rendah. Hal itu dilakukan karena mereka takut jika kelamaan maka akan terjadi gagal panen.

Ia pun berharap ada peran pemerintah yang bisa membantu persoalan yang kini tengah menimpa para petani cabai di wilayah Kabupaten Pandeglang Selatan. Karena itu merupakan satu-satunya mata pencaharian bagi sebagian masyarakat di Kecamatan Cigeulis.

“Harapannya, pemerintah bisa naekin harganya. Jangan terlalu kecil, kita modal awal saja sudah besar (pengolahannya) tapi kalau begini kita rugilah,” tukasnya.

Menanggapi hal itu, Sekretaris Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Pandeglang, Dr Nasir M Daud mempersilahkan kepada para petani yang merasa kesulitan air untuk mengajukan peminjaman alat pompa air ke Dinas Pertanian.

“Silahkan buat surat ke Brigade, nanti ke Dinas. Nanti di support (dipinjamkan) alat pompanya,” kata Nasir.

Selain itu, ia pun menjelaskan, jika menurunnya harga cabai terjadi dikarenakan sejumlah wilayah yang menjadi sentra produsen cabai telah memasuki masa panen. Sehingga terjadi over supplay cabai di pasaran.

“Wilayah-wilayah sentra cabai juga panen. Sementara kebutuhan statis, tidak meningkat. Di pasarnya ketersediaan banyak,” paparnya.

Bahkan, diakui Nasir, untuk mengantisipasi anjloknya harga jual cabai di para petani. Pihaknya sudah melakukan upaya agar para petani bisa menjual hasil tanamnya melalui pasar online yang sudah disediakan Dinas Pertanian melalui Asosiasi Pasar Tani. Menurutnya, hal itu dimaksudkan untuk membantu para petani menjaga stabilitas harga bahan pokok.

“Distan sudah melakukan langkah membantu petani dengan pasar online dan pasar keliling. Setidaknya itu membantu membuat harganya agak lebih baik, jika dijual ke lingkungan kantor melalui pasar online. Nanti bisa berkoordinasi dengan bidang holtikultura,” tuturnya.

Selain itu, untuk mengantisipasi turunnya harga jual cabai, dikemukakan Nasir, pihaknya sudah mendorong agar para petani cabai untuk bisa lebih kreatif dalam meningkatkan nilai ekonomis cabai menjadi lebih tinggi. Salah satunya dengan menjadikan cabai sebagai bahan utama olahan-olahan makanan lain.

“Kita sudah ajarkan bagaimana mereka mengolah (cabai) menjadi pasta, saus dan sebagainya. Kan itu yang diajarkan. Karena ketersediaannya banyak, mungkin bisa dijadikan cabai kering atau jadi pasta,” tukasnya. (*/YS)

Honda