Praktisi Minta Disdikpora Serius Tangani Tingginya APS di Pandeglang
PANDEGLANG – Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Pandeglang mencatat Angka Putus Sekolah (APS) di Pandeglang masih terbilang cukup tinggi.
Pasalnya ada sejumlah 700 siswa untuk tingkat SLTP statusnya saat ini sudah tidak bersekolah.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya APS tersebut, salah satunya ialah kesadaran orang tua siswa yang masih terkesan masa bodo, serta masih banyak nya para siswa yang lebih memilih belajar di pondok tradisional.
Fahmi Ubaidillah, seorang Praktisi Pendidikan asal Pandeglang mengakui stigma ‘Akhirat Lebih Penting’ memang masih cukup tinggi di Kabupaten Pandeglang.
Selain karena Pandeglang itu adalah terkenal dengan Kota Santri, namun dalam hal ini perlu juga di maksimalkan peran pemerintah setempat dalam menyadarkan masyarakat terkait pentingnya pendidikan untuk seorang anak tersebut.
“Kalau saya melihat bukan cuma faktor orang tuanya saja yang tidak mendukung, akan tetapi lebih kepada kurangnya edukasi penyadaran dan sosialisasi pemerintah kepada masyarakat terkait betapa pentingnya pendidikan itu sendiri,” katanya kepada Fakta Banten, Sabtu, 29 Juli 2023.
Sampai saat ini, ia juga mengaku belum pernah melihat Disdikpora Pandeglang melakukan sosialisasi secara masif kepada orang tua siswa di Pandeglang.
Seperti memberikan pemahaman agar masyarakat sadar bahwa pendidikan formal (Sekolah) dan pendidikan non formal (mondok) itu sangat penting untuk kebaikan seorang anak di masa yang akan datang nanti.
“Kesalahan pemerintah malah seolah-olah buang tangan, atau buang masalah ya itu salah elu, ya kenapa elu ngga mau sekolah, justru tugasnya pemerintah buat nyadarin mereka,” lanjutnya.
Selain itu agar Pendidikan Formal di Kabupaten Pandeglang juga tidak tersisihkan, Fahmi menyarankan agar pemerintah membuat suatu sistem atau pola yang bikin betah anak-anak untuk belajar di Sekolah. Karena bisa jadi siswa yang lebih memilih untuk putus sekolah tersebut menganggap bahwa sistem pembelajaran pendidikan formal selama ini cukup monoton.
“Jadi pendidikan formal itu masih kalah oleh pendidikan non formal, karena pendidikan formal itu kurang menarik mungkin ya, karena pembelajaran nya yang monoton, atau kurikulum yang memang begitu memusingkan seperti nya,” tambah pria yang akrab disapa Kang Ubay ini.
Ada banyak yang harus dievaluasi dan diperbaiki menurut Kang Ubay, dan Disdikpora Pandeglang dalam hal ini harus memiliki peran aktif dalam mengatasi problematika tersebut.
Misalnya dengan membentuk Duta Pendidikan di setiap Kecamatan atau Desa yang ada di Kabupaten Pandeglang.
Tim Gugus yang rencananya akan dibuat oleh Disdikpora Pandeglang untuk menangani permasalahan Pendidikan disebut olehnya kurang begitu efektif. Selain ribet harus buat regulasi segala macam, ditambah pasti akan ada pembengkakan untuk anggaran daerah.
“Karena posisinya Tim Gugus itu dia kerja di ranah birokrasi, jadi ada instruksi, tapi kalau duta dia lebih sifatnya ke relawan. Alangkah baiknya sih Disdik Pandeglang tidak membuat tim yang ribet dengan regulasi, khawatir buang-buang anggaran aja saya mah nantinya,” lanjutnya.
Kerja sama dengan pihak Kecamatan, Desa, atau berbagai stakeholder memang perlu dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Pandeglang. Cuma menentukan langkah yang tepat juga lebih penting agar tidak menghabiskan waktu dan tenaga secara sia-sia.
Menurut Kang Ubay, pasti ada satu atau dua orang di setiap Kecamatan atau Desa yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi.
“Kumpulkan saja mereka. Buat kegiatan dengan skala prioritas selamatkan anak Pandeglang dari putus sekolah, kalau perlu dilatih latihlah mereka dengan sebaik mungkin. Jadikan mereka Duta Pendidikan. Ya kalau takut tekor soal anggaran, emang bikin Tim Gugus ngga ngeluarin anggaran,” tanyanya.
Ia berharap agar dinas terkait dan stakeholder yang terlibat dalam birokrasi harus segera meningkatkan kualitas SDM masyarakat di kabupaten Pandeglang, yang memang pada umumnya tingkat pendidikannya masih cukup rendah.
“Makanya kita harus siap mengerahkan tenaga, mengerahkan pikiran semaksimal mungkin, dan mengerahkan anggaran semaksimal mungkin untuk peningkatan kualitas SDM. Semakin SDM di wilayah itu maju, maka kemajuan juga akan semakin terasa berkembang. Yang untung tentunya bukan cuma masyarakat saja kan, tapi dalam hal ini juga pemerintah dan lain sebagainya,” pungkasnya. (*/Mukhlas)