Warna-warni Tuntutan pada Demo 3 Tahun Jokowi-JK

Sankyu

Jakarta – Selain ratusan mahasiswa, aksi demo memperingati ulang tahun ke-3 kepemimpinan Jokowi-JK, pada Jumat (20/10), juga diikuti oleh awak Tangki Pertamina. Tuntutannya beragam. Mulai pembatalan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) tentang Ormas, hingga perhatian yang lebih kepada pegawai BUMN.

Aksi unjuk rasa untuk tiga tahun pemerintan Jokowi itu sendiri terpecah menjadi tiga bagian: aksi di Jalan Silang Monas, aksi di seberang Istana Merdeka, dan aksi di depan gedung Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK).

Massa yang berasal dari gabungan mahasiswa dan buruh mendominasi aksi demo di depan gedung Kemenko PMK. Sambil menyanyikan yel-yel khas mahasiswa, mereka menyerukan tuntutan kepada Jokowi. Bahkan salah satu koordinator aksi demo mengancam tak akan membubarkan diri sampai Jokowi menemui mereka.

Dalam aksinya, massa menyampaikan sejumlah tuntutannya. Salah satunya adalah pencabutan Perppu Ormas 2/2017. Perppu itu dianggap menunjukkan sikap Jokowi yang antikritik karena telah membatasi kebebasan bagi organisasi yang ada di Indonesia.

“Tiga tahun Jokowi-JK berkuasa justru menambah beban rakyat!” seru massa.

Koordinator BEM Seluruh Indonesia, Wildan Wahyu Nugraha, yang berdemo di kawasan Patung Kuda Arjuna, Jakarta, Jumat (20/10), menuntut Jokowi-JK memperbaiki timpangnya kesejahteraan.

Menurutnya, dalam tiga tahun Jokowi ini, pemerintah buta terhadap kepentingan sosial terutama rakyat kecil. Ketimpangan sosial pun kata Wildan terasa sangat tinggi, apalagi pembangunan yang dilakukan pemerintah di era Joko Widodo ini dianggap lebih condong ke asing dan ke masyarakat kelas menengah atas.
“Misalnya pembangunan kereta cepat, itu belum urgent, tapi malah dibuat bahkan harganya pun tidak murah. Dan itu memunculkan proyek swasta lain yang menjepit masyarakat kecil,” kata Wildan.

Sekda ramadhan

Sementara, Puluhan Awak Mobil Tangki (AMT) yang dipecat PT Pertamina Patra Niaga mengajukan tuntutan kepada Presiden untuk lebih memberi perhatian terhadap para pekerja yang dipecat sepihak di perusahaan minyak pelat merah itu.

“Kami menagih janji, ini perusahaan BUMN tidak ada perhatian sama sekali,” ujar koordinator aksi Heri Sugiri saat ditemui di halaman silang Monas.

Rombongan ini baru tiba di Jakarta, Jumat (20/10), usai melakukan aksi jalan kaki dari Bandung selama kurang lebih delapan hari. Mereka sebelumnya telah berupaya menemui Dinas Ketenagakerjaan hingga kementerian, namun hasilnya nihil. Janji Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhikiri untuk memediasi para AMT dengan pihak Pertamina pun hingga kini tak terealisasi

“Kami jalan kaki karena sudah datangi BUMN, kementerian, dinas, tapi sampai sekarang tidak ada yang realisasi,” kata Heri.

Ia berharap, seluruh AMT dapat dipekerjakan kembali dan mendapatkan upah yang layak. Pasalnya, alasan perusahaan memecat para AMT tak jelas. Apalagi mereka tak mendapat pemberitahuan resmi maupun pesangon dari perusahaan.

“Alasan kami katanya karena tidak lulus seleksi. Pemberitahuannya pun hanya lewat SMS, tidak ada pesangon sama sekali,” tutur Heri.

Sebelumnya, para AMT telah melancarkan aksi mogok kerja pada Juni lalu. Melalui aksi mogok ini, mereka menuntut agar Pertamina Patra mempekerjakan kembali sopir truk tangki yang baru saja diputuskan hubungan kerjanya. Mereka juga meminta agar sopir tangki diangkat menjadi karyawan tetap di Pertamina Patra.

Meski ramai, aksi demo itu tak sepenuhnya menutup ruas jalan. Sepanjang Jalan Medan Merdeka Barat tetap dibuka untuk akses mobil yang melintas. Sementara jalan menuju arah Harmoni ditutup untuk mencegah kemacetan. (*/CNNINDONESIA.COM)

Honda