LDII Banten Siap Berkontribusi Ketahanan Pangan di Tengah Wabah Corona

Hut bhayangkara

SERANG – Sejalan dengan himbauan pusat, Dewan Pimpinan Wilayah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPW LDII) Provinsi Banten, telah melaksanakan ketahanan pangan yang terfokus pada tiap DPD, PC, dan PAC se-Banten. Mulai dari penanaman pohon sayur, dan buah, berternak ayam dan ikan, hingga memakai teknik hidroponik sebagai cara bagi yang tidak mempunyai media tanam.

Ketua DPW LDII Banten Edwin Sumiroza mengatakan, pihaknya siap melaksanakan kontribusi ketahanan pangan, dalam langkah menanggulangi krisis pangan yang mungkin akan menjadi ancaman saat pandemi.

“Sebagai manusia, sudah sewajarnya bahwa ketahanan pangan ini perlu dilakukan menyadari adanya krisis pandemi saat ini. Jika covid-19 berkelanjutan dan berlangsung lama, maka kesadaran akan kebutuhan rumah tangga perlu dilakukan,” kata Edwin, Jum’at (30/10/2020).

Sebelumnya, Pj Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso mengingatkan, semua pihak dapat memastikan ketahanan pangan yang berkelanjutan, dalam menghadapi pandemi.

Hal ini juga bisa dibangun secara individual, keuarga bisa memanfaatkan halaman mereka untuk bercocok tanam dengan karung, dan hidroponik, atau memelihara ikan dengan konsep akuaponik.

“Saat ini, umat manusia baru tersadar bahwa ketahanan pangandalam krisis saat dihadapkan kepada pandemi. Untuk itu pada masamendatang, bangsa Indonesia harus menyadari pentingnya ketahanan dan kemerdekaan pangan. Bukan berbasis impor tapi swadaya,” ujar Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso.

Senada dengan Chriswanto, Profesor Riset Kementerian Pertanian Rubiyo mengatakan sistem pangan nasional harus berangkat dari bagaimana negara menyiapkan aspek kemandirian pangan.

“Ukuran yang dicapai adalah ketahanan pangan, dan keamanan pangan nasional. Outcome-nya adalah bagaimana 267 juta penduduk Indonesia tidak boleh lapar, sehat, aktif dan produktif,” ujar Rubiyo yang juga anggota Departemen Litbang Iptek SDA dan Lingkungan Hidup DPP LDII.

Loading...

Ia menuturkan, salah satu aspek sederhana yang dapat dimulai adalah dengan melakukan penguatan pangan keluarga. Misalnya dengan mendorong masyarakat di daerah rentan rawan pangan mampu menyediakan pangannya sendiri, dengan memberikan pangan yang bergizi, seimbang, dan aman. Selanjutnya adalah memasukkan pertanian pada sektor formal. Kemudian perlu memperkuat lumbung pangan masyarakat, contohnya adalah dengan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).

“Langkah yang dapat dilakukan dimulai dengan membentuk family farming berbasis lokasi, misalnya pada level desa, kecamatan, dan seterusnya,” ujarnya.

Ia menyarankan, perihal ketahanan pangan tersebut, dilakukan juga oleh ormas-ormas dengan mengorganisir anggotanya. Baik pada tingkat provinsi, kabupaten, hingga kelurahan,

“Kemudian terkait dengan pertanian keluarga, subjeknya adalah keluarga petani, kemudian kelompok pemuda. Pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas), DPP LDII menyampaikan konsep ketahanan pangan, termasuk pertanian keluarga, dan eco-pesantren,” ujarnya.

Konsep pertanian keluarga dengan memaksimalkan lahan di pekarangan melalui demplot, dan uji coba sehingga pekarangan rumah dapat memberikan nilai tambah. Rumah tangga pada praktiknya memiliki kearifan masing-masing. Ia menganjurkan agar, semua pihak yang berkepentingan melakukan edukasi dan uji coba, serta memastikan benih agar mudah. Hal tersebut dapat mempercepat transfer teknologi pada masyarkat dengan kearifan lokal masing-masing.

“Konsep urban farming juga potensial untuk memberikan nilai tambah berupa pendapatan keluarga, dengan melakukan inovasi pada komoditas pertanian seperti sayur, ternak, rempah, dan tanaman lainnya. Misalnya budaya nasi jagung di Madura adalah kekayakaan khazanah Indonesia yang perlu didukung sehingga dapat juga mendorong keberhasilan diversifikasi pangan dengan kearifan lokal yang dimiliki,” imbuhnya.

Implementasi di lapangan dapat dimulai dengan mendukung sarana dan prasarana, serta memberikan contoh keberhasilan program. Karena jika terbukti manfaatnya, akan lebih termotivasi untuk menerapkan urban farming. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB atau Food Agriculture Organization (FAO), memperkirakan jumlah orang yang kekurangan gizi pada 2020 bakal meningkat hingga 132 juta. Sementara, jumlah anak-anak yang kekurangan gizi akut juga akan meningkat sebesar 6,7 juta di seluruh dunia, akibat wabah virus corona.

“Membangun ketahanan pangan nasional, dimulai dari ketahanan pangan keluarga. Pemerintah daerah memiliki andil besar dalam hal ini,” ujar Rubiyo mengakhiri. (*/A.Laksono).

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien