Menengok Tugu Monumen Perjuangan Cijentul Serang di Tengah Kepungan Sampah

SERANG – Keberadaan Tugu Monumen Serangan Cijentul yang berada di Kelurahan Cilowong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, seperti tanda batas jalan yang tidak ada harganya.

Nilai historis yang seharusnya dijaga dan dilestarikan seperti akan segera hilang dan tergantikan oleh suasana tempat pembuangan sampah.

Monumen Perang Dunia II yang terletak di Jalan Raya Taktakan itu terlihat kumuh tak terawat. Aset sejarah Banten yang berada tepat di atas tempat pembuangan sampah ini, seperti tugu biasa yang tidak mempunyai nilai sejarah.

Jika melewati Jalur Cilowong, pengendara mungkin akan menemukan sebuah monumen yang letaknya agak tersembunyi. Padahal monumen tersebut merupakan monumen penting yang dibangun pada 20 Mei 1976 dan menceritakan pertempuran dalam agresi militer Belanda II antara prajurit Kerajaan Belanda melawan Tim Macan Loreng dari TNI AD bersama warga sipil pada 29 Desember 1948.

Selain letaknya yang kurang strategis, bau sampah yang mengganggu ketika pengendara melintasi area atau mampir untuk mengambil foto juga menjadi faktor lemahnya pengawasan pemerintah.

Cilowong menjadi Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) masyarakat Kota Serang, menyebarkan aroma bau yang tak sedap membuat pengendara yang melintas menjadi hilang kenyamanan saat menikmati ruas jalan yang sejuk itu.

Pantauan wartawan faktabanten.co.id pada Kamis (2/11/2017), sebagian besar pengendara roda dua yang melintas sibuk menutup hidung sehingga menyebabkan jalan yang berbelok-belok menjadi rawan kecelakaan.

Dijelaskan seorang pengendara yang melintas, Muklis, ia mengaku akan menuju Anyer karena baru pertama kali melewati jalan tersebut, diarahkan oleh temannya bahwa jalan tersebut sejuk dan enak untuk bersantai.

“Cuma pas lewat di sekitaran tempat sampah aja tuh baunya gak tahan. Bikin eneg. Mau berhenti foto-foto di monumen juga jadi males. Padahal jalan di sini sejuk dan nyaman buat dilalui karena teduh,” ungkapnya. (*/David)

Honda