Pembatasan Pengunjung, Penjual Burung di Area Vihara Avalokiteswara Serang Merugi
SERANG– Ritual melepas burung pada perayaan imlek menjadi tradisi yang biasa dilakukan. Umat Tionghoa percaya jika hal itu adalah pertanda sebagai keberkahan hidup di dunia.
Untuk itu, tak jarang di setiap momen perayaan imlek, banyak dijumpai penjual burung atau hewan ternak lain yang mengais rezekinya di sekitaran areal vihara.
Berbeda dengan perayaan imlek sebelumnya, di momen perayaan imlek 2572 atau di tahun 2021 perayaan imlek tak terlalu meriah. Pasalnya, pandemi Covid-19 menjadi alasan adanya pembatasan pengunjung di setiap vihara.
Hal itu pun turut dikeluhkan para penjual burung pipit yang kerap berjualan di areal Vihara Avalokiteswara. Sepinya umat Tionghoa yang datang bersembahyang, membuat omzet penjualan mereka pun turun drastis.
Seperti yang diungkapkan Akbar, warga Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Menurutnya, selama hampir 4 tahun dirinya berjualan burung pipit, momen perayaan imlek tahun 2021 menjadi fase paling buruk dalam mengais rezeki.
Sebab, diakuinya, jika sebelum pandemi Covid-19 melanda, setiap perayaan malam imlek menjadi momen dirinya meraup banyak keuntungan. Maklum saja, dengan menjual satu ekor burung pipit seharga Rp 5ribu, dirinya mampu menjual lebih dari 1.000 ekor burung pipit hanya dalam waktu semalam.
“Wah kalau dulu, malam gini bisa untung banyak. Semalam lebih dari seribu burung kita jual. Bahkan sampe kita kekurangan burung. Kita jual itu per ekor Rp 5ribu, tapi kalau beli banyak bisa Rp 3ribu. Semalam itu kita bisa dapat sekitar Rp 5 jutaan,” ucapnya saat ditemui di depan pintu masuk Vihara Avalokiteswara, Jumat (12/2/2021) dini hari.
Namun, mewabahnya pandemi Covid-19 membuat setiap aktifitas masyarakat harus dibatasi. Sehingga disampaikan Akbar, jika hal itu sangat berdampak terhadap sepinya lokasi yang dijadikan tempatnya untuk berjualan.
Alhasil, ia pun mengeluhkan, jika saat ini dirinya merasa sangat kesulitan untuk bisa menjual burung dagangannya. Bahkan, untuk mendapatkan uang sebesar Rp 100ribu pun menjadi sangat sulit didapat.
“Duh kalau sekarang mah susah. Liat aja di sininya juga sepi. Ini aja sampai jam segini baru kejual 20 ekor. Boro-boro mau dapat jutaan, dapat Rp 100ribu aja susah,” keluhnya.
Ia pun berharap agar masa pandemi Covid-19 bisa segera berakhir. Sehingga tidak ada lagi pembatasan di setiap tempat publik, termasuk di vihara areal tempatnya berjualan.
“Yah cepet berakhir aja, cepet normal lagi. Biar rame, kalau rame yang datang kan jualan juga bisa rame,” tandasnya (*/YS)