SERANG – Kepala Sekolah dan guru yang menjadi Ketua Panitia Acara Perpisahan SMKN 1 Cinangka, Kabupaten Serang, dalam dua hari ini “menghilang” alias tidak berada di sekolah usai mencuatnya polemik pungutan dana wisuda sebesar Rp800 ribu per siswa.
Rencana acara wisuda tersebut sebelumnya akan digelar meriah oleh pihak sekolah, namun akhirnya dibatalkan.
Meski demikian, sebagian besar dana yang telah dibayarkan oleh orang tua siswa, ternyata tidak dikembalikan secara utuh.
Fakta Banten sejak Rabu (7/5/2025) telah berusaha untuk mengkonfirmasi Kepala SMKN 1 Cinangka, Dadi Mahmudin, dan juga guru berinisial R yang merupakan Ketua Panitia Acara Perpisahan yang dibatalkan tersebut, namun tidak mendapatkan respon.
Bahkan wartawan kembali mengunjungi SMKN 1 Cinangka pada Kamis (8/5/2025), namun lagi-lagi kepala sekolah dan ketua panitia dikatakan sudah dua hari ini tidak masuk karena alasan sakit.
Saat Fakta Banten berkunjung, saat itu suasana di lingkungan sekolah tampak penuh ketegangan.
Para siswa dan guru yang ada enggan memberikan komentar.
Bahkan di dalam ruangan sekolah tersebut ada satu orang personel polisi Polsek Cinangka yang entah sedang berjaga atau kegiatan lainnya.
Seseorang yang mengaku anggota Komite, Nanang, dan Humas SMKN 1 Cinangka kompak menyatakan bahwa baik Kepala Sekolah maupun Ketua Komite tidak hadir karena alasan kesehatan.
“Kepala Sekolah sakit, Ketua Komite juga sakit. Keduanya tidak ada di sekolah,” ujarnya.
Sementara itu, saat ditanya bahwa pihak media ingin konfirmasi pada pihak panitia acara wisuda, mereka beralasan bahwa panitia sedang diperiksa polisi
“Sudah selesai, Kang. Sudah panitia juga sudah diperiksa dan sudah BAP di Polsek Cinangka,” tuturnya.
Dari informasi yang dihimpun, perpisahan sekolah tahun ajaran 2024-2025 ini akan diikuti sebanyak 355 siswa SMKN 1 Cinangka dan setiap siswa dikenai biaya Rp 800 ribu, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum melunasi pembayaran biaya tersebut hingga saat ini.
Pesan WhatsApp dan telepon dari wartawan Fakta Banten untuk meminta pernyataan resmi terkait kebijakan pemotongan uang perpisahan SMKN 1 Cinangka pun hingga hari ini tidak mendapatkan respon.
Peristiwa ini menyoroti pentingnya keteladanan dari sekolah untuk menjalankan aturan yang berlaku, serta para guru selayaknya memiliki rasa keprihatinan terhadap kondisi ekonomi para orang tua siswa.
Di lain tempat, Kapolsek Cinangka membantah dan menyatakan bahwa tidak ada laporan yang masuk ataupun pemeriksaan oleh polisi terkait permasalahan SMKN 1 Cinangka.
“Lah! Tidak ada laporan dan tidak ada BAP di sini soal wisuda SMKN 1 Cinangka,” tegas Kapolsek, IPTU Rusnata, ditemui di kantornya.
Sebelumya, sejumlah wali murid mengaku kecewa dengan tidak transparannya pengelolaan dana wisuda yang dibatalkan tersebut.
Mereka menyebutkan bahwa siswa hanya menerima pengembalian dana sebesar Rp200 ribu disertai dengan tiga item barang berupa selempang, totebag, dan kalung medali. (*/Nandi)