Jadi Pimpinan Kota Tangerang di Usia Muda, Ini Cerita Arief R. Wismansyah
TANGERANG – Arief R. Wismansyah bercerita mengenai awal karirnya bergabung dalam pemerintahan.
Di tahun 2008 menjadi titik dirinya berkecimpung pada dunia politik.
Tak disangka pemuda yang saat itu masih berusia 31 tahun dipinang menjadi Wakil Wali Kota Tangerang.
Wahidin Halim terpincut dengan sosok Arief yang masih muda dan mampu memimpin perusahaan dengan baik yakni Rumah Sakit Sari Asih.
“Saya terpilih sebagai Wakil Wali Kota Tangerang saat masih berusia 31 tahun. Kala itu saya berpasangan dengan Pak Wahidin Halim. Background saya sebelumnya bekerja di Rumah Sakit Sari Asih,” ujar Arief dalam acara bincang santai dengan AboutTNG, Sabtu (23/12/2023) malam.
Arief menyebut dirinya berasal dari pendidikan teknik industri dan manajemen kesehatan. Tidak ada background politik sama sekali.
“Dari situ mulai adaptasi, disiplin ilmu manajemen yang saya punyai digunakan dalam mengelola pemerintahan. Terkadang ada pegawai yang geraknya agak lamban, saya harus terjun sendiri untuk melakukan riset mengatasi persoalan di lapangan,” ucapnya.
Dari sini Arief juga banyak belajar bagaimana mengelola pemerintahan dengan baik. Alhasil dirinya terpilih sebagai Wali Kota Tangerang periode 2013-2018 berpasangan dengan Sachrudin.
“Pada masa itu mengalami pengalaman yang sulit dan tak bisa dilupakan hingga berujung ke MK (Mahkamah Konstitusi). Harus banyak sabar dan ikhlas, saya tetap yakini kalau ada kesulitan pasti disertai kemudahan. Alhamdulillah persoalannya selesai hingga saya dan Pak Sachrudin terpilih. Saya menjadi Wali Kota saat itu di usia 36 tahun,” kata Arief.
Arief mengaku banyak tantangan yang ditemui saat pertama kali menjabat sebagai Wali Kota. Persoalan tersebut perlahan-lahan mulai diselesaikan olehnya.
“Mulai dari mengatasi kemiskinan, pendidikan, kemacetan, kesehatan, infrastruktur dan lain sebagainya. Jalanan di Kota Tangerang yang tadinya gelap sekarang jadi terang. Kami pasang PJU di 130 ribu titik dalam program Tangerang Terang,” ungkapnya.
Rumah warga yang tak layak huni pun dibenahi. Dengan adanya program bedah rumah yang digagas olehnya.
“Ada kurang lebih 4.000 rumah yang kami telah perbaiki. Persoalan kemacetan pun sangat pelik. Karena Kota Tangerang ini merupakan wilayah penghubung, jadi warga Kabupaten Tangerang yang mau ke Jakarta lewat ke Kota Tangerang dulu,” tuturnya.
Arief melakukan kebijakan yakni menerapkan satu arah di lokasi rawan kemacetan. Sistem looping juga digunakan untuk melerai kepadatan lalu lintas.
“Transportasi yang dulunya tidak terhubung juga sekarang sudah terintegrasi dengan baik. Bus Trans Jakarta yang hanya sampai perbatasan Budi Luhur diperpanjang sampai kawasan CBD Kota Tangerang. Bahkan sekarang ini sudah dilakukan pembahasan hingga ke Grenlake City nantinya sehingga memudahkan akses warga Kota Tangerang. Kami juga ada armada angkutan umum Bus Tayo dan angkot si Benteng untuk masyarakat,” kata Arief.
Perihal jalan rusak yang sering diprotes warga, Arief pun memberikan jawaban. Ia menerangkan sejumlah jalan di Kota Tangerang asetnya berdasarkan kewenangan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kota.
“Untuk jalan rusak kewenangan Kota sudah kami beton supaya umurnya lama dan berkualitas. Jalan nasional kami sudah bersurat ke pemerintah pusat, beberapa bersurat lebih dari 6 kali Alhamdulillah flyover Tiptop di Cibodas sekarang sudah dilakukan perbaikan,” bebernya.
Dalam pemerintahannya yang sudah di penghujung masa jabatan, Arief menerapkan pelayanan digitalisasi. Aplikasi Tangerang Live dibuat untuk menampung keluh kesah masyarakat.
“Fiturnya banyak banget semua pelayanan ada di Tangerang Live. Ini untuk memudahkan pelayanan birokrasi. Sedangkan untuk masyarakat yang nganggur bisa dilihat juga di aplikasi ini mengenai lowongan pekerjaan. Mereka juga diberikan pelatihan agar memiliki skil untuk bekerja,” papar Walikota yang habis masa jabatannya pada 26 Desember tahun ini. (*/Red)