Kebutuhan Meningkat di 2018, Tapi Pembangunan Industri Baja Masih Terkendala

BI Banten Belanja Nataru

JAKARTA – Kebutuhan baja pada tahun depan diperkirakan meningkat sebesar 800.000 ton. Produsen berharap peningkatan tersebut diiringi dengan adanya solusi dari kendala yang dihadapi.

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan sepanjang tahun ini, kebutuhan baja dalam negeri akan mencapai angka 13,5 juta ton dan meningkat menjadi 14,3 juta ton pada 2018. Walaupun terus meningkat, Mas Wig, sapaan akrabnya, menuturkan pembangunan industri baja bukan tanpa kendala.

“Dari sisi sumber energi produsen baja nasional mengharapkan adanya tarif gas dan listrik yang lebih rendah dibanding saat ini. Selain itu, tata niaga juga perlu diperbaiki agar berpihak kepada produsen dalam negeri,” kata Mas Wig dalam keterangan resmi, Minggu (19/11/2017).

Industri baja merupakan dasar bagi industrialisasi suatu negara karena bertindak sebagai pendorong perekonomian. Dengan industri baja, lanjut Mas Wig, akan tersedia pasokan bahan baku, utilisasi, dan energi pada industri hulunya. Selain itu industri hilir yang menggunakan material baja juga akan terjaga pasokannya.

Untuk memenuhi permintaan baja dalam negeri yang semakin meningkat, pada 2025, di wilayah Cilegon akan terbangun klaster baja 10 juta ton. Saat ini di kawasan industri tersebut sudah menghasilkan 6 juta ton baja, sehingga untuk mencapai 10 juta ton perlu tambahan 4 juta ton.

Lebih jauh, Mas Wig juga menyatakan produk baja digunakan pada hampir seluruh sektor industri seperti manufaktur, konstruksi, dan pertahanan. Krakatau Steel sebagai produsen baja nasional terbesar mempunyai andil besar dalam penguatan industri Tanah Air.

Pijat Refleksi

Produk yang dihasilkan berupa baja dengan jenis hot rolled coil, cold rolled coil, serta wire rod. Produk-produk tersebut dibutuhkan dalam semua sektor infrastruktur seperti transportasi, jalan, pengairan & air minum, minyak gas bumi, ketenalistrikan, dan telekomunikasi dan informatika.

Untuk trasnportasi produk baja KS digunakan untuk membangun gerbong, halte, body dan suku cadang otomotif. Sementara konstruksi jalan, rambu-rambu, penerangan jalan, dan jembatan juga menggunakan produk baja. Untuk pengairan, pipa baja dibutuhkan untuk distribusi.

Pipa minyak gas dan bumi, boiler, kilang minyak, tabung gas LPG juga banyak menggunakan produk baja perseroan sebagai bahan bakunya. Produk baja juga dihandalkan untuk mendirikan menara BTS untuk kebutuhan Telekomunikasi dan Informatika.

“Untuk kebutuhan pembangunan jalan saat ini kami tengah memasok untuk membangun jalan tol layang Jakarta-Cikampek II sepanjang 37 KM. Secara total akan dibutuhkan 200.000 ton baja plate,” katanya.

Jalan tol layang tersebut menggunakan gelagar baja (steel box girder) yang berbeda teknologinya dengan menggunakan beton. Dengan menggunakan metode gelagar baja, kebutuhan tiang akan berkurang sehingga pekerjaan lebih cepat selesai.

Selain itu, emiten dengan kode saham KRAS ini juga memasok kebutuhan pelat baja untuk pembangunan Light Sea Vessel (LSV) yang dipesan oleh Filipina buatan PT PAL. Dalam hal ketenagalistrikan, saat ini perseroan juga tengah memasok baja profil siku untuk pembangunan jaringan 46.000 KMS milik PT Perusahaan Listrik Negara.

Dengan kebutuhan baja yang semakin meningkat, Krakatau Steel juga berkomitmen untuk meningkatkan kapasitasnya dengan menggandeng beberapa investor. (*/Bisnis)

PJ Gubernur Banten
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien