SERANG – Permasalahan Sungai Ciujung selalu tercemari limbah sejak puluhan tahun yang lalu, menguji tingkat kesabaran masyarakat.
Limbah pabrik yang membuat sungai ini berubah warna menjadi hitam, membuat masyarakat pinggiran sungai harus terusik kehidupannya karena kesulitan mendapatkan air bersih.
Limbah pabrik yang berlokasi di sekitar sungai, diyakini menjadi penyebab utama pencemaran Sungai Ciujung, namun hingga kini tidak ada solusi yang berhasil dilakukan pemerintah dalam hal ini.
“Dari limbah pabrik pabrik itu, kalau kemarau itu airnya itu udah item, baunya juga nyengat, usaha usaha sulit, ikannya gak bisa masuk ke sungai pada mati,” ujar warga.
Sejumlah gerakan dan langkah Pemerintah hingga turun dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencari solusi mengatasi pencemaran Sungai Ciujung, namun dinilai warga tetap tidak ada hasilnya.
“Udah banyak orang kesini tuh pada minta stempel tapi nggak ada hasilnya, tapi nggak ada lanjutan-nya,” ujar warga lagi.
Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah sendiri mengaku merasa bosan karena limbah yang mencemari Sungai Ciujung tak bisa dibereskan hingga kini.
Bupati mengaku akan bersikap tegas mengatasi pencemaran Sungai Ciujung, tapi apa langkah yang akan dilakukan Pemkab Serang tetap saja tidak jelas?
“Aakkhh bosan ibu mah, ke DLH (Dinas Lingkungan Hidup – red) aja, pokoknya keras ibu mah, kalo nggak nurut ibu tindak tegas,” ujarnya saat ditemui di acara pengundian hadiah BPR Serang, Kamis (10/8/2017).
Bupati hanya meminta LH bisa membereskan permasalahan limbah yang membuat masyarakat harus menahan rindu pada aliran Sungai Ciujung yang banyak memberikan manfaat dari segi ekonomi dan kebutuhan sehari-hari.
Warga Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa khususnya, yang hidup dengan kesulitan air bersih saat ini. Terakhir kali, warga bisa merasakan manfaat dari Sungai Ciujung pada kisaran 10 tahun yang lalu, dimana saat itu air sungai masih bisa digunakan untuk mandi, mencuci, bahkan olahan air untuk diminum. (*)