CILEGON – Cilegon United dan PSS Sleman akhirnya sama-sama tersisih di babak 16 besar Liga 2. PSS Sleman menempati posisi ketiga di klasemen akhir Grup A dengan delapan poin dari enam laga, sementara Cilegon United di dasar klasemen dengan tujuh poin. Dari grup ini, dua tim yang lolos ke babak delapan besar adalah Persis Solo dan PSPS Riau.
Meski keduanya sudah terhenti dari kompetisi, namun sengketa atas Laga Cilegon United versus PSS Sleman di babak 16 besar Liga 2 yang diwarnai kericuhan, pada Jumat (6/10/2017) lalu, sepertinya masih menyisakan dendam dan sengketa yang berbuntut panjang.
Sebab, Kubu PSS Sleman yang merasa jadi korban atas perbuatan-perbuatan yang merugikan dari kubu Cilegon United dan wasit, telah melaporkan hal ini kepada PSSI dan operator liga.
Cilegon United dan PSS diketahui bermain imbang 2-2 pada laga di Stadion Krakatau Steel, Jumat (6/10/2017) lalu. Hasil imbang itu membuat PSS kecewa berat. Pasalnya, Super Elang Jawa sempat memimpin 2-1 sebelum wasit memberikan hadiah penalti kontroversial kepada tim tuan rumah.
Saat pertandingan sudah memasuki menit-menit akhir, wasit menunjuk titik putih karena menganggap salah satu pemain PSS melakukan handball. Padahal, tayangan ulang memperlihatkan bola menyentuh paha. Hadiah penalti untuk Cilegon United akhirnya membuyarkan kemenangan PSS yang sudah di depan mata.
“Di video itu jelas sekali tidak ada dan secara logika tidak jalan. Ya dari segi semuanya kami dirugikan dari segi hasil harusnya tidak (imbang 2-2) dan dari psikis pemain juga terpengaruh,” ujar Manajer PSS Sleman, Arief Juliwibowo, seperti dikutip detikSport, Selasa (10/10/2017).
Akan tetapi, yang paling membuat PSS geram adalah insiden pengeroyokan terhadap fisioterapis mereka, Sigit Pramudya. Kubu tuan rumah disebut-sebut tak terima lantaran Sigit menggoyang-goyangkan jala gawang Cilegon United seusai memberikan perawatan kepada pemain PSS.
“Jadi Sigit memberi pertolongan kepada pemain kami, tapi menyentuh jala gawang dari luar. Tapi lawan tidak terima, kemudian fisioterapis kami dikejar, dipukul oleh ofisial Cilegon, juga beberapa pemain mereka ikut. Itu kan aneh buat kami,” tambah Arief.
Sigit kemudian diamankan oleh panpel. Akan tetapi, dia ternyata dibawa ke sebuah ruangan di stadion dan kembali dianiaya. Akibat penganiayaan itu, Sigit babak belur.
“Menurut mereka diamankan, tapi sebelum diamankan ke tempat base camp kita dimasukkan ke ruangan dipukuli dan ditendang. Kami tahunya pas sudah kejadian makanya kami visum dan buat laporan ke polisi,” jelas Arief.
Setelah kejadian itu, Arief melanjutkan, keesokan harinya manajemen PSS telah melaporkan kejadian ini kepada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru sebagai operator liga.
“Untuk yang berhubungan dengan wasit kebetulan kami membawa tim media yang meliput secara langsung. Jadi bukti-bukti itu ada. Jadi tahu persis. Kan waktu itu dibilang wasit bilang lapor saja kalau ada bukti. Ya kami tunggu PSSI dan liga. Tapi memang kami belum dapat jawaban,” katanya.
“Saya cuma berharap kembalikan sepakbola sebagai alat pemersatu bangsa bukan pemecah bangsa. Ya tunjukkan sportivitas lah. Sayang kalau kita ingin bangun sepakbola Indonesia bersama-sama lah jangan seperti itu,” ujar Arief.
Respons PSSI dan PT Liga Indonesia Baru
Menanggapi kejadian ini, Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria mengatakan, PSSI akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi di liga. Namun, Tisha mengingatkan ada dua hal yang harus dicermati. Evaluasi area wasit, yang kedua komisi displin.
“Mengenai detail kasus ini dan lain sebagainya, secara teknik pasti akan kami cek dan berlakukan hukuman. Kami juga tidak dalam posisi menghujat atau memberitahukan hukuman apapun itu ketika kami memberikan hukuman kepada wasit. Karena itu adalah orang yang protect law of the game kami,” kata Tisha kepada detikSport.
“Tetapi, evaluasi pasti kami berikan sesuai dengan temuan yang disampaikan, dan itu kami sampaikan kepada mereka sanksi yang sepantas-pantasnya secara tertutup, karena tidak etis membuka satu kesalahan yang fatal dengan sanksi yang begitu berat. Prinsipnya itu dulu, jadi tidak mungkin tidak kami tindak lanjuti,” ujarnya.
Sedangkan area yang kaitannya dengan komisi disiplin apapun itu protesnya, laporannya, Tisha meminta untuk semua pihak bisa menyampaikan.
“Saya ingin dalam pikiran bahwa sekali lagi tidak ada yang lebih besar untuk PSSI dibandingkan keberlangsungan anggotanya. Jadi mereka akan kami protect secara penuh. Apabila ada apa-apa yang terjadi dan sifatnya komite disiplin sampaikan, kita bersidang, selesaikan secara gentle. Disitulah ada follow up kasusnya itu,” ungkapnya.
“Saya tidak bisa mengomentari kasus per kasus karena itu menjadi beda yurisprudensinya dan pasti jadi setelah sidang akan disampaikan hasilnya, dan khusus untuk mengenai wasit ini menjadi perhatian penuh PSSI di tahun ini, baik program ke depan. Pasti akan kami tindak lanjuti secara bijak di seluruh komite wasit,” kata Tisha.
Sementara itu, Direktur Operasional PT Liga Indonesia Baru Tigor Shalomboboy membenarkan adanya laporan dari PSS terkait kasus ini. PT LIB telah meneruskannya ke Komdis PSSI.
“Iya sudah dapat, sudah diteruskan juga ke Komdis,” kata Tigor.
Tigor mengatakan, sejauh ini liga juga sudah melakukan langkah untuk perbaikan, bahkan hampir setiap tahun. Salah satu contohnya, workshop untuk pemain dan ofisial.
“Tetapi itu kembali ke attitude-nya klub dan pemain, tidak ada effort lebih yang akan dilakukan. Dan masalahnya bukan hanya di wasit,” ujar Tigor.
“Selain itu, pemahaman laws of the game juga masih rendah di klub,” katanya. (*/Red)
Sumber: detik.com