Pabrik CA-EDC Chandra Asri Alkali di Cilegon; Dukung Hilirisasi Nikel dan Kemandirian Bahan Baku Nasional
CILEGON – PT Chandra Asri Pacific (Chandra Asri Group), perusahaan solusi kimia dan infrastruktur terkemuka di Indonesia, melalui anak perusahaannya, PT Chandra Asri Alkali (CAA), mengembangkan pabrik chlor-alkali dan ethylene dichloride (CA-EDC) terintegrasi berskala dunia.
Pabrik tersebut akan menghasilkan soda kaustik untuk beragam industri turunan, termasuk mendukung program hilirisasi nikel pemerintah.
PT Chandra Asri Alkali (CAA), akan memproduksi 500ribu metrik ton ethylene dichloride per tahun, serta lebih dari 400 ribu metrik ton kaustik soda per tahun.
Kehadiran pabrik EDC diharapkan dapat membantu kekurangan bahan baku di Asia Tenggara, akibat meningkatnya permintaan pada rantai produk vinyl.
Ethylene dichloride umumnya digunakan sebagai bahan kimia perantara pembuatan PVC (polyvinyl chloride), yaitu plastik yang umum digunakan pada pipa disektor konstruksi.
“Sebagai mitra pertumbuhan, Chandra Asri Group berupaya mendukung sektor konstruksi dan infrastruktur di Indonesia dan skala regional dengan menyediakan bahan baku polimer berkualitas tinggi untuk polyvinyl chloride. Dengan pembangunan pabrik CA-EDC ini, Chandra Asri Group juga turut berkontribusi pada pendapatan negara dan pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dengan secara berkelanjutan untuk menangkap peluang bisnis yang ada,” ujar Head of Corporate Communications Chandra Asri Group, Chrysanthi Tarigan, Rabu, 14 Agustus 2024.
Chrysanthi juga menjelaskan, kaustic soda merupakan bahan baku penting bagi industri hilir yang terus tumbuh di Indonesia, seperti ekstraksi alumina, ekstraksi nikel, pengolahan air, produksi tekstil, produksi pulp dan kertas, serta produksi sabun dan deterjen.
Asahi Kasei Corporation (AKC), lisensor terkemuka kelas dunia dengan teknologi chlor-alkali yang canggih, dari Jepang, juga telah ditunjuk sebagai pemberi lisensi teknologi untuk pabrik chlor-alkali.
“Pabrik CA-EDC milik CAA ini akan dibangun di Cilegon dan dapat membantu memenuhi kebutuhan Indonesia dan Asia Tenggara akan caustic soda dan EDC yang terus meningkat,” terangnya.
Produksi EDC di Asia Tenggara sekarang masih di bawah permintaan regional. Berdasarkan data perusahaan, impor EDC tahun di Asia Tenggara tahun lalu mencapai 506 ribu ton per tahun dan diprediksi melonjak hingga 550 ribu ton pada 2030.
Investasi ini jelas mendukung ambisi Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, untuk memposisikan diri dalam rantai nilai kendaraan listrik global, guna memenuhi kebutuhan kaustik soda yang terus meningkat. Meningkatnya penggunaan kendaraan listrik di seluruh dunia otomatis akan mendorong permintaan nikel, yang merupakan bahan baku utama baterai.
“Kami berharap mengembangkan pabrik CA-EDC di Kota Cilegon ini akan dapat mengurangi impor Indonesia dan meningkatkan ekspor negara. Selain itu juga dapat meningkatkan PAD khususnya bagi Kota Cilegon,” jelasnya. (*/YS)