SERANG – Dendy Haryadi, warga Link Tegal Wangi Solor Desa Rawa Arum, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, menyerahkan lutung jawa (Tracypithecus auratus) yang ia temukan di pinggir jalan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Jawa Barat Banten, Jumat (24/11/2017).
Dijelaskan Kepala Seksi Konservasi Wilayah I, Andre Ginsong, lutung jawa yang BKSDA terima dari warga tersebut merupakan salah satu satwa yang berhabitat di hutan sekitar Kota Cilegon.
“Didapat dari orang Cilegon, dia menghubungi kita bahwa mereka itu mendapatkan lutung ini di hutan di daerah Cilegon ketika dihubungi kita langsung ke lokasi untuk mengambil anak lutung ini,” ungkapnya.
Lutung jawa merupakan salah satwa endemik Pulau Jawa yang persebarannya juga dapat ditemukan di pulau-pulau kecil seperti Bali, Lombok, Sempu, dan Nusa Barung.
“Ini termasuk satwa yang dilindungi, sudah sekitar dua atau tiga hari di rumahnya, umurnya baru sekitar empat minggu atau satu bulan, ini keterangannya ditemukan di jalan di hutan di daerah Cilegon,” paparnya.
Menurutnya, merehabilitasi satwa untuk dapat dilepasliarkan di habitatnya kembali membutuhkan biaya banyak dan waktu yang tidak singkat. Andaikan lutung jawa dan primata lainnya bisa berbicara pasti mereka akan berteriak agar dilindungi. Mereka sama-sama bagian dari ekosistem, tanpa adanya mereka tentunya akan terjadi ketidakseimbangan di alam.
“Ini akan dilepas tetapi kita lihat dulu dari kesehatan sama fisiknya kalau misalkan dia sudah bisa mandiri baru akan dilepaskan, untuk sementara akan kita rawat dulu dan akan selalu diberikan minum susu,” terangnya.
Di dunia diperkirakan terdapat sekitar 200 jenis primata (bangsa kera dan monyet) dan 40 jenis atau 25% diantaranya hidup di Indonesia.
Primata ini aktif di siang hari (diurnal) dan sebagian besar hidup di atas pohon (arboreal).
Lutung jawa memakan 53,1% daun, 39,5% pucuk daun, 3,54% tangkai daun dan 3,88% buah selebihnya serangga dan tanah. Oleh karena itu lutung jawa tergolong jenis primata pemakan daunan (leaf eating monkey).
Saat ini habitat lutung jawa semakin menurun kualitasnya, disinyalir disebabkan oleh kegiatan penduduk yang berkebun di sekitar batas hutan produksi dan hutan lindung.
Sayangnya, meskipun kaya akan jenis primata namun tidak berarti kesadaran masyarakat untuk melestarikannya ikut tinggi. Masih banyak masyarakat yang belum peduli dan paham akan kesejahteraan satwa. Tidak heran jika makin banyak primata Indonesia yang terancam keberadaannya. (*/David)