CILEGON – Kaum muslimin di Indonesia khususnya di Kota Cilegon mengadakan perayaan dan peringatan Isra’ wal Mi’raj seperti sudah menjadi tradisi keagamaan yang rutin diselenggarakan pada bulan Rajab, setiap tahunnya.
Peristiwa besar ini penting diketahui oleh kaum muslimin dimana Nabi Muhammad SAW dahulu di-isra’-kan (diperjalankan) dari Makkah menuju Baitul Maqdis pada waktu malam. Setelah itu, beliau di-mi’raj-kan (dinaikkan) ke langit untuk menerima sebuah syariat agung, yaitu perintah syariat Sholat.
Selain turunnya perintah Sholat, kaum muslimin perlu menghayati peristiwa secara meluas dan mendalam peristiwa agung ini untuk mengukuhkan tauhid kita akan tanda-tanda Kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana firman didalam kitab-Nya yang mulia :
*ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺃَﺳْﺮَﻯ ﺑِﻌَﺒْﺪِﻩِ ﻟَﻴْﻼ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻷﻗْﺼَﻰ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﺎﺭَﻛْﻨَﺎ ﺣَﻮْﻟَﻪُ ﻟِﻨُﺮِﻳَﻪُ ﻣِﻦْ ﺁﻳَﺎﺗِﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻪ ﻫُﻮَ ﺍﻟﺴَّﻤِﻴﻊُ ﺍﻟْﺒَﺼِﻴﺮ*ُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil haram ke Al Masjidil aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. [QS Al-Isra’ : 1]
Allah telah memulai surat ini dengan mengagungkan diri-Nya dan menggambarkan kebesaran peran-Nya karena kekuasaan-Nya melampaui segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun selain Dia sendiri. Maka tidak ada Rabb selain Allah.
Umumnya di Indonesia, peristiwa terjadinya Isra’ dan Mi’raj lebih populer pada tanggal 27 Rajab tahun hijriyah, sehingga pada waktu yang berdekatan atau bertepatan dengan tanggal tersebut rutin mengadakan perayaan dan peringatan Isra’ dan Mi’raj secara berjama’ah.
Sebagaimana halnya di Kota Cilegon yang cenderung lebih semarak dalam mengisi peringatan Isra` Mi’raj sebelum dan sesudah tanggal 27 Rajab.
Perayaan dan peringatan Isra` Mi’raj di Cilegon selain diadakan oleh masyarakat di kampung-kampung atau sekarang oleh Pemerintah Kota Cilegon disebut lingkungan, juga biasa semarak di pesantren-pesantren, yang umumnya diisi dengan diawali pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan ceramah agama oleh Mubaligh yang membahas peristiwa Isra` Mi’raj dan kondisi kekinian perkembangan masyarakat.
Selain itu, Madrasah-madrasah Dinniyah yang masih eksis di Cilegon juga umumnya masih memperingati Isra` Mi’raj ini secara lebih mendasar yakni mewajibkan muridnya menghapal teks untuk dilatih dan ditampilkan dalam pidato atau ceramah diatas panggung. Dan biasanya para orang tua yang bangga karena anaknya akan ceramah diatas panggung, mengajak serta keluarga, kerabat dan tetangga terdekat untuk ikut hadir dan menyawer (memberikan uang) sebagai ekspresi kebahagiaan dan bentuk support yang lebih mewarnai peringatan Isro` Miraj ini lebih semarak yang sudah menjadi tradisi tersendiri.
Peringatan Isro` Mi’raj di perkampungan lebih semarak lagi, acara biasanya dihadiri oleh ribuan jama’ah, seperti beberapa hari lalu di Masjid Kampung Kedungbaya, Kelurahan Kalitimbang, Kecamatan Cibeber, dengan antusiasnya memperingati Isro` Mi’raj sampai mengundang Qory dan Mubaligh Nasional untuk mengisi acara.
Begitupun peringatan Isro` Mi’raj di Kampung Palas, Kelurahan Bendungan, Kecamatan Cilegon, yang digelar malam ini Selasa (19/4/2017). Acara dihadiri oleh ribuan jama’ah dari masyarakat setempat, jama’ah majlis ta’lim serta para santri dari beberapa pesantren yang berada di Kampung tersebut.
Acara yang dibuka dengan lantunan merdu bacaan Ayat-ayat suci Al-Qur’an dari Qory setempat yang berduet dengan Qory Nasional ini, dipuncaki dengan ceramah agama yang dibawakan oleh KH Thohari dari Kramatwatu, Kabupaten Serang.
Wartawan Fakta Banten yang menghadiri acara, coba menyimak isi ceramah yang didominasi penggunaan bahasa lokal ‘Jawa Banten’ ini, selain menerangkan peristiwa besar Isro` Mi’raj, ceramah Kyai juga menyinggung soal dekadensi moral masyarakat dan kearifan lokal diantaranya jasa ‘Dukun Beranak’ yang kini notabenenya hampir punah di Kota Cilegon.
Peristiwa Isro` Mi’raj yang sudah menjadi tradisi keagamaan penuh muatan positif bagi (ruhani) masyarakat Cilegon dalam mengingat serta menyadari Kebesaran Allah SWT, men-teladani Rasulullah SAW, dan melaksanakan kewajiban Sholat ini, penting kiranya untuk dipertahankan dan terus diselenggarakan pada setiap tahunnya.
Dan untuk mencegah supaya tidak terkikis atau hilang tergerus oleh arus moderintas, seperti halnya keberadaan dukun beranak, tradisi anak-anak mengaji diwaktu Maghrib, serta tradisi keagamaan dan tradisi lokal lainnya juga dinilai sangat penting untuk terus dipertahankan. (*)