CILEGON – Ratusan karyawan dan jajaran Direksi PT. Asahimas Chemical (PT. ASC) tiba-tiba berlarian meninggalkan pabrik tempatnya bekerja. Tidak hanya itu, warga sekitar juga ikut berlari menuju dataran yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.
Hal tersebut terpantau langsung di Jalan Raya anyer KM 122, Kelurahan Gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan pada Kamis (31/10/2019) siang.
Ternyata, itu merupakan aksi simulasi agenda rutin yang digelar oleh PT. ASC dalam rangkaian kegiatan Latihan Tanggap Darurat Gempa Bumi dan Tsunami.
“Ini hari terakhir kegiatan, sebelumnya internalisasi, kita siapkan skenario edukasi dulu masyarakat, kita undang masyarakat. Kita jelaskan gempa, tsunami itu apa, langkah apa yang harus dilakukan, kalau industri lagi darurat mereka harus ngapain, dan aplikasinya hari ini berupa evakuasi ke dataran yang lebih tinggi,” kata, Kabid Humas PT. ASC, Rofi Khalatif, saat ditemui faktabanten.co.id usai acara.
Rofi juga menjelaskan dalam kegiatan tersebut, selain dari internal perusahaan dan masyarakat sekitar pihaknya juga melibatkan unsur rekan bisnis perusahaan dan unsur Muspika di Kecamatan Ciwandan.
“Tadi kita gak banyak ya, sekitar 200 karyawan dan masyarakat 50. Tapi kalau keterlibatan yang di dalam pabrik semuanya. Kita ada emegency respon tim, jadi ketika kondisi darurat karyawan Asahimas tahu harus ngapain, masing-masing sudah punya peran, jadi harus dilatih dan ini agenda rutin setiap tahun,” jelasnya.
Menurutnya, di internal perusahaan ASC juga memiliki tim antisipasi bencana khusus yang lebih detail memahami kondisi perusahaan yang terbagai dalam beberapa departemen seperti safety and resqeu, dan staf ahli yang setiap bulan melakukan latihan, yang pada prinsipnya mengacu pada SOP otoritas terkait.
“Ketika karyawan lari, tidak semua orang pabrik keluar, ada beberapa yang naik ke gedung untuk mematikan pabrik agar aman. Jadi begitu ada isu tsunami kita tidak pergi semua, kita punya prosedur, perusahaan kita juga mendeteksi ketinggian air laut itu online di CCTV kita,” bebernya.
Selain itu, Rofi juga berharap dengan kegiatan latihan tanggap darurat ini, masyarakat tidak mudah panik ketika terjadi kondisi darurat dan masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh media sosial. Tentu dengan lebih berpatokan dengan informasi terupdate dari BMKG dan PVMBG serta otoritas terkait lainnya.
“Pasca kejadian longsornya Anak Gunung Krakatau itu kan lumayan membuat masyarakat panik, terlebih di pesisir banyak pabrik berteknologi tinggi dan berasumsi bencana industri jauh lebih hebat. Dari situlah kita ajak masyarakat sekitar belajar agar untuk lebih tenang dan tidak mudah panik saat situasi darurat,” harapnya.
“Kita melatih karena ‘ting bating’ jangan sampai terjadi ya, dan kita juga tidak pernah tahu juga kapan ini terjadi. Dan ketika terjadi kita sudah tahu harus ngapain, jangan mengikuti arah angin, jangan mendekat ke sumber bahaya dan sebagainya,” tandasnya. (*/Ilung)