Santri Baru Al-Khairiyah Citangkil Semakin Meningkat
CILEGON – Kesatrian Santri Taruna Islam Al-Khairiyah Citangkil menggelar Halal Bihalal dan Sarasehan Kesatrian bersama para orangtua atau wali santri di Gedung Serba Guna Al- Khairiyah, Minggu (15/7/2018) sore.
Kegiatan lembaga pendidikan pondok pesantren yang sudah berdiri sejak 1916 tersebut mengusung tema, ‘Orangtua yang mengerti dan Guru yang memahami adalah modal kesuksesan santri’ ini turut dihadiri oleh ratusan santri baru dan santri lama beserta para orangtuanya.
Di awal sambutannya, Ketua Pengasuh Kesatrian Santri Taruna Islam Al-Khairiyah, Ustadz Alwiyan Qosyid Syam’un menjelaskan, Halal Bihalal merupakan serapan bahasa Arab yang sudah diadopsi menjadi bahasa Indonesia, serta perubahan nama Pondok Pesantren menjadi Kesatrian.
“Dulu namanya Pondok Pesatren Al- Khairiyah, sejak diminta Ketua PB saya rubah namanya menjadi Kesatrian. Apa itu Kesatrian, visi penjabaran dari misi Al-Khairiyah,” terangnya.
Selain itu, Ustadz Alwiyan juga memaparkan historis perjalanan Al-Khairiyah, yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda.
Al-Khairiyah sejak awal berdirinya, berdaulat dan mandiri yang dilakukan oleh pendirinya KH Brigjend Syam’un, sekaligus sebagai pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sementara itu, Ketua PB Al-Khairiyah, Ali Mujahidin, yang turut hadir dalam acara Halal Bihalal, menyampaikan permohonan maaf karena saat ini masih dalam momen Bulan Syawal usai Hari Raya Idul Fitri.
Dalam sambutannya, pria yang akrab disapa Haji Mumu ini mengatakan, bahwa para santri baru Al-Khairiyah pada tahun ini meningkat signifikan. Para santri diharapkan bisa beradaptasi dan sabar melatih disiplin dalam belajar menuntut ilmu dan memperdalam ilmu agama.
“Santri baru perlu waktu beradaptasi. Mungkin anaknya kaget karena biasa di rumah, ada yang minta ditungguin, minta pulang. Biasanya begitu. Tapi jangan khawatir memang perlu kesabaran bapak ibu sekalian. Maka perlu ada kerjasama antara wali santri dengan pembimbing di pesantren kami,” ujarnya.
“Semua perlu latihan yang tidak cukup sehari dua hari. Jadi memang butuh kesiapan mental, kesehatan fisik dan ridho dari orangtua,” terangnya. (*/Ilung)