Ustadz Somad Ajak Umat Islam Berpolitik, Agar Tak Muncul Pemimpin Jahat

JAKARTA – Ustaz Abdul Somad dalam tausiahnya kembali mengingatkan jemaahnya untuk berpolitik.

Berpolitik dengan cara memilih pemimpin yang baik untuk menghindari terpilihnya pemimpin jahat.

Hal itu disampaikan Ustaz Abdul Somad dalam sebuah video ketika memberikan tausiah.

Dalam video tersebut, Ustaz Abdul Somad membacakan sejumlah pertanyaan yang disampaikan para jemaah lewat secarik kertas.

Pertanyaan pertama dibacakan Ustaz Abdul Somad adalah tentang boikot sejumlah negara muslim terhadap Iran yang diduga mendanai teroris dalam sejumlah aksi teror dunia.

“Bagaimana menurut Ustadz waktu negara-negara Arab-Eropa memboikot Iran, Rusia, sekutu, di saat itu pula Jokowi mendatangi Presiden Iran menjalin kerjasama-Investasi. Laa ta’huruna bil ma’ruf-ajak orang buat baik, Wala tauhana anil mungkar-larang orang buat mungkar. Kalau itu tak kamu lakukan, Laa yusalitallaha laa yusalitallahu alaikum sirrarakum-akan naik pemimpin yang jahat. Itu jawabannya,” jelas Ustaz Abdul Somad.

“Gara-gara kamu tidak amar ma’ruf nahi mungkar, naik pemimpin yang jahat. Itu jawabannya,” tegasnya.

Pertanyaan selanjutnya dibacakan oleh Ustaz Abdul Somad.

Dalam secarik kertas tersebut, jemaah mempertanyakan absensi Indonesia ketika sejumlah negara muslim bergabung dengan koalisi negara-negara Arab.

“Di mana kah pihak Indonesia pemerintah ketika negara muslim bergabung dengan koalisi Arab, kenapa tak ada? Malaysia, Senegal, Senegal itu banyak kristen, Niger-Nigeria ikut, Afrika. Kita yang muslim terbanyak kenapa tak ada? Laa yu salitanallahu alaikum sirrarakum, gara-gara kamu tidak melakukan Amar ma’ruf nahi mungkar, naik pemimpin-pemimpin yang jahat,” tegasnya.

Lantang berbicara, Ustaz Abdul Somad menyebut anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat ini keturunan penganut Partai Komunis Indonesia (PKI).

PKI merupakan partai terlarang yang dihapuskan pemerintah pasca Peristiwa G30SPKI pada tahun 1965 silam.

“DPR jahat, yang naik siapa DPR? PKI. DPR PKI, anak PKI. ‘Saya anak PKI, emang mau apa?’,” ungkap Ustaz Abdul Somad menirukan ucapan sosok anggota legislatif.

“Berani dia nantang di negeri NKRI ini, negeri yang dimerdekakan dengan teriakan Allahuakbar. Syiah menang jadi anggota legislatif, PKI-naik, Syiah-naik, sekuler-naik, sepilis-naik, gara-gara apa? Umat islam tidak melakukan Amar ma’ruf nahi mungkar,” tambahnya.

Ustaz Abdul Somad menegaskan kembali jika Allah SWT telah berjanji akan muncul pemimpin jahat apabila umat muslim tidak bergerak.

Mengutip pernyataan Syekh Mutawalli Asy Syarawi, Ustaz Abdul Somad menyebut apabila orang baik hanya diam, akan lahir pemimpin jahat yang akan memimpin negeri.

“Janji Allah, Laa yu salitanallahu alaikum sirrarakum, akan naik pemimpin-pemimpin yang jahat. Bagaimana cara memperbaikinya? Akan datang, ajak orang, jangan kau coblos nih, nih setan nih. Jangan kau pilih, nih hantu nih. Jangan diam, diam, diam. Aku tak khawatir tentang buruk dan baik kata Syekh Mutawalli Asy Syarawi, yang aku khawatirkan orang baik diam, sehingga orang batil naik ke atas (memimpin),” jelasnya.

Dikutip dari Kompas.com, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz, Minggu (21/5/2017), menyebut Iran sebagai penyebar paham radikalisme ke seluruh dunia.

(https://internasional.kompas.com/read/2017/05/22/07094001/raja.salman.sebut.iran.sebagai.sponsor.terorisme.dunia)

“Rezim Iran telah lama menjadi pemimpin terorisme global sejak revolusi (Ayatollah Ruhollah) Khomeini pada 1979,” ujar Raja Salman dalam pidatonya di hadapan puluhan kepala negara termasuk Presiden AS Donald Trump, di Riyadh.

Ustaz Abdul Somad dalam tausiahnya kembali mengingatkan jemaahnya untuk berpolitik.

Berpolitik dengan cara memilih pemimpin yang baik untuk menghindari terpilihnya pemimpin jahat.

Hal itu disampaikan Ustaz Abdul Somad dalam sebuah video ketika memberikan tausiah.

Dalam video tersebut, Ustaz Abdul Somad membacakan sejumlah pertanyaan yang disampaikan para jemaah lewat secarik kertas.

Pertanyaan pertama dibacakan Ustaz Abdul Somad adalah tentang boikot sejumlah negara muslim terhadap Iran yang diduga mendanai teroris dalam sejumlah aksi teror dunia.

“Bagaimana menurut Ustadz waktu negara-negara Arab-Eropa memboikot Iran, Rusia, sekutu, di saat itu pula Jokowi mendatangi Presiden Iran menjalin kerja sama-Investasi.

Laa ta’huruna bil ma’ruf-ajak orang buat baik, Wala tauhana anil mungkar-larang orang buat mungkar. Kalau itu tak kamu lakukan, Laa yusalitallaha laa yusalitallahu alaikum sirrarakum-akan naik pemimpin yang jahat. Itu jawabannya,” jelas Ustaz Abdul Somad.

“Gara-gara kamu tidak amar ma’ruf nahi mungkar, naik pemimpin yang jahat. Itu jawabannya,” tegasnya.

Pertanyaan selanjutnya dibacakan oleh Ustaz Abdul Somad.

Dalam secarik kertas tersebut, jemaah mempertanyakan absensi Indonesia ketika sejumlah negara muslim bergabung dengan koalisi negara-negara Arab.

“Di mana kah pihak Indonesia pemerintah ketika negara muslim bergabung dengan koalisi Arab, kenapa tak ada? Malaysia, Senegal, Senegal itu banyak kristen, Niger-Nigeria ikut, Afrika. Kita yang muslim terbanyak kenapa tak ada? Laa yu salitanallahu alaikum sirrarakum, gara-gara kamu tidak melakukan Amar ma’ruf nahi mungkar, naik pemimpin-pemimpin yang jahat,” tegasnya.

Lantang berbicara, Ustaz Abdul Somad menyebut anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat ini keturunan penganut Partai Komunis Indonesia (PKI).

PKI merupakan partai terlarang yang dihapuskan pemerintah pasca Peristiwa G30SPKI pada tahun 1965 silam.

“DPR jahat, yang naik siapa DPR? PKI. DPR PKI, anak PKI. ‘Saya anak PKI, emang mau apa?’,” ungkap Ustaz Abdul Somad menirukan ucapan sosok anggota legislatif.

“Berani dia nantang di negeri NKRI ini, negeri yang dimerdekakan dengan teriakan Allahuakbar. Syiah menang jadi anggota legislatif, PKI-naik, Syiah-naik, sekuler-naik, sepilis-naik, gara-gara apa? Umat islam tidak melakukan Amar ma’ruf nahi mungkar,” tambahnya.

Ustaz Abdul Somad menegaskan kembali jika Allah SWT telah berjanji akan muncul pemimpin jahat apabila umat muslim tidak bergerak.

Mengutip pernyataan Syekh Mutawalli Asy Syarawi, Ustaz Abdul Somad menyebut apabila orang baik hanya diam, akan lahir pemimpin jahat yang akan memimpin negeri.

“Janji Allah, Laa yu salitanallahu alaikum sirrarakum, akan naik pemimpin-pemimpin yang jahat. Bagaimana cara memperbaikinya? Akan datang, ajak orang, jangan kau coblos nih, nih setan nih. Jangan kau pilih, nih hantu nih. Jangan diam, diam, diam. Aku tak khawatir tentang buruk dan baik kata Syekh Mutawalli Asy Syarawi, yang aku khawatirkan orang baik diam, sehingga orang batil naik ke atas (memimpin),” jelasnya.

Dikutip dari Kompas.com, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz, Minggu (21/5/2017), menyebut Iran sebagai penyebar paham radikalisme ke seluruh dunia.

(https://internasional.kompas.com/read/2017/05/22/07094001/raja.salman.sebut.iran.sebagai.sponsor.terorisme.dunia)

“Rezim Iran telah lama menjadi pemimpin terorisme global sejak revolusi (Ayatollah Ruhollah) Khomeini pada 1979,” ujar Raja Salman dalam pidatonya di hadapan puluhan kepala negara termasuk Presiden AS Donald Trump, di Riyadh.

“Kami tak mengetahui terorisme dan ekstremisme hingga revolusi Khomeini muncul,” tambah Salman.

Dalam pidato yang sama, Raja Salman juga berjanji bahwa Arab Saudi tetap akan berupaya untuk menghancurkan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Sementara itu, Presiden Trump menyerukan agar negara-negara Muslim menolak untuk melindungi kelompok eksremis dan menyerukan isolasi terhadap Iran.

Iran, menurut Presiden Trump, adalah negara yang menyebabkan maraknya konflik sektarian dan terorisme.

“Dari Lebanon ke Irak hingga Yaman, Iran mendanai , mempersenjatai, dan melatih para teroris, milisi, dan kelompok-kelompok ekstremis yang menyebarkan kehancuran serta kekacauan di seluruh kawasan,” tambah Trump dalam pidatonya.

“Hingga rezim Iran bersedia ikut menciptakan perdamaian dunia, semua negara harus bekerja sama mengucilkan Iran dan berdoa agar rakyat Iran segera mendapatkan pemimpin yang tepat,” ujar Trump.

Sementara negara-negara koalisi Arab mengecam Iran yang diduga mendanai gerakan teroris, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Delegasi Wakil Presiden Republik Islam Iran Bidang Wanita dan Urusan Keluarga, Masoemeh Ebtekar‎ di Istana Bogor, Selasa (1/5/2018).

Dalam sambutannya, Jokowi mengaku senang atas kedatangan perwakilan Wakil Presiden Islam Iran bersama rombongan ke Indonesia, yang dapat meningkatkan hubungan bilateral kedua negara

“Ini berlangsung dengan baik, termasuk dengan meningkatnya saling berkunjung antara pejabat tinggi,” ujar Jokowi.

Selain mengeratkan hubungan kedua negara, Jokowi pun berharap adanya peningkatan kerjasama Indonesia-Iran dalam bidang ekonomi. (*/Tribunnews)

CeramahPolitikUstaz Abdul Somad
Comments (0)
Add Comment