Bitcoin cs Menghijau dan Stabil, Akankah Bertahan Lama?
JAKARTA – Harga kripto utama masih diperdagangkan di zona hijau pada perdagangan Selasa (21/6/2022), meski saat ini investor masih cenderung khawatir di tengah ketidakpastian kondisi global yang masih cukup tinggi.
Melansir CNBCIndonesia data dari CoinMarketCap pada pukul 09:05 WIB hari ini, Bitcoin menguat 3,95% ke posisi US$ 20.637,71/koin atau setara dengan Rp 305.850.862/koin (asumsi kurs Rp 14.820/US$), sedangkan Ethereum melesat 4,63% ke harga US$ 1.129,34/koin atau Rp 16.736.819/koin.
Sedangkan beberapa koin digital (token) alternatif (altcoin) seperti Solana melonjak 7,89% ke US$ 35,29/koin (Rp 522.998/koin), Cardano melompat 5,32% ke US$ 0,4932/koin (Rp 7.309/koin), dan BNB terapresiasi 4,54% ke US$ 217,8/koin (Rp 3.227.796/koin).
Bitcoin pada hari ini cenderung stabil di zona psikologis US$ 20.000. Meski sudah mulai stabil, tetapi dalam sepekan terakhir Bitcoin masih terkoreksi 1,88%. Selain itu, untuk mencapai zona psikologis 30.000 sepertinya cenderung sulit karena investor masih cenderung berhati-hati.
Bahkan, Bitcoin masih sangat jauh dari level tertinggi sepanjang masanya yang dicapai pada November 2021, di mana dari harga all time high (ATH) hingga harga hari ini, jaraknya masih sekitar 70% lagi. Sepanjang tahun ini, Bitcoin telah terkoreksi hingga 56,89%.
“Penurunan Bitcoin di akhir pekan lalu sejatinya tidak cukup dalam, karena penurunan parahnya terjadi pada awal pekan lalu,” kata Yuya Hasegawa, analis pasar kripto di bursa Bitcoin Jepang Bitbank.
“Lingkungan makro yang belum benar-benar berubah dari pertemuan FOMC pekan lalu, masih belum ada tanda yang jelas dari inflasi turun, dan The Fed mungkin masih mendorong ekonomi ke dalam resesi dengan menaikkan suku terlalu agresif masih akan menjadi sentimen negatif di pasar kripto,” tambah Hasegawa.
Pasar cryptocurrency mengalami hari-hari buruknya sejak awal bulan lalu, dimulai dengan runtuhnya stablecoin algoritmik TerraUSD (UST) dan Terra Luna (LUNA).
Namun, masalah makin menghampiri pasar kripto setelah perusahaan peminjaman kripto yakni Celsius Network makin memperparah kinerja buruk kripto, di mana Celsius menghentikan penarikan dana untuk pelanggan, memicu kekhawatiran bahwa perusahaan tersebut akan bangkrut.
Sebelum kejadian Celsius, sebagian besar perusahaan kripto juga terdampak dari kejatuhan pasar kripto yang diakibatkan oleh jatuhnya UST dan LUNA. Tak sedikit perusahaan kripto melakukan pemangkasan karyawannya untuk menyelamatkan keuangan perusahaan.
Faktor makroekonomi yang memburuk termasuk inflasi yang masih meninggi dan kenaikan suku bunga bank sentral negara-negara Barat juga turut membebani sentimen pasar kripto.
“Ketika inflasi terus meninggi dan kenaikan suku bunga makin agresif, maka risiko resesi berpeluang besar terjadi dan inilah yang ditakutkan pasar tak hanya di kripto,” kata Charles Hayter, CEO CryptoCompare, mengatakan kepada CNBC International.
Edward Moya, analis senior dari OANDA mengatakan bahwa pemandu sorak kripto yang sebelumnya paling keras mendukung reli besar kini mulai diam. Mereka mengklaim masih optimistis dalam jangka panjang, tetapi mereka berhenti mengatakan ini adalah waktu untuk membeli meski harga turun terus.
“Bitcoin terus menyentuh level terendahnya dalam setahun terakhir bahkan sejak tahun 2017, menandakan bahwa kepercayaan telah runtuh di industri kripto dan bahwa masyarakat melihat tekanan terbaru masih akan terjadi kedepannya,” kata Moya. (*/CNBC)