Sore Ini, Film Tentang Toleransi Akan Diputar di Kota Serang

SERANG – Bisakah sebuah film menjadi medium untuk berpikir: Mengetuk hati nurani, dan mengajak kita untuk bersikap?

Tentu bisa, tetapi dengan beberapa pertimbangan.

Saat dunia yang damai ini telah diusik oleh propaganda kelompok-kelompok yang merasa benar dan berkuasa serta tak ingin kekuasaannya berakhir, maka berbagai upaya dan media perlu dijadikan ikhtiar merawat perdamaian. Dan, jika film akan digunakan sebagai medium pembelajarannya, maka seharusnya ia menjadi bagian dari proses pendidikan yang dilakukan tanpa paksaan.

Bila sudah ada film yang mengkisahkan cerita perdamaian, maka pemutaran-pemutaran alternatif perlu dilakukan agar penonton tidak diperlakukan sebagai objek penerima informasi yang pasif, melainkan dilatih sebagai subjek aktif yang dapat mempertanyakan, mengkritik, mendiskusikan, dan membandingkan apa yang mereka tahu dengan film atau sumber-sumber pengetahuan yang lain.

Terkoyaknya perdamaian di negeri ini oleh propaganda isu terorisme yang menjadi konspirasi global, bisa diibaratkan terbukanya perang pro dan kontra perdamaian dunia.

Perang ini mengharapkan simpati warga. Bila makin banyak warga mendukung salah satunya, pemenang dapat ditentukan. Semakin banyak warga menolak, melawan, dan mengutuk teori konspirasi terorisme, maka perdamaian akan tetap terjaga. Begitu sebaliknya.

Menurut Radjimo Sastro Wijono dari Forum Masyarakat Banten Cinta Damai (FMBCD), bahwa saat ini perdamaian sedang membutuhkan dukungan, agar tetap abadi. Salah satu dukungan yang bisa diberikan adalah mengapresiasi sebuah karya film tentang perdamaian.

FMBCD rencananya akan menggelar pemutaran film yang berjudul, ‘Nina Bobo Untuk Bobby’. Film dokumenter berdurasi 30 menit karya Monique Rijkers ini mengisahkan pengalaman pribadi Alfred Munzer, penyintas holocaust, yang saat ini tinggal di Washington, DC, Amerika Serikat, dan berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam dan ahli paru-paru.

“Kemanusiaan tidak mengenal batas ras, suku bangsa dan agama. Kita semua sama, dan bersaudara,” begitu yang dikatakan Alfred Munzer, penyitas yang diselamatkan warga muslim-Jawa, Indonesia.

“Selain film humanis di atas, juga akan diputar film humanis lainnya, ‘Of Many’. Pemutaran Film akan dilaksanakan di Umah Kaujon, tepatnya di Jalan Djajadiningrat No. 6, Kaujon, Alun-alun Kota Serang, pada Minggu (3/6/2018) ini, sekaligus buka puasa bersama,” ujar Radjimo.

Selain itu, pemutaran film tentang toleransi juga sebagai kampanye mengenai hidup rukun antar umat beragama di Indonesia, khususnya di Kota Serang dan sekitarnya.

“Beberapa waktu lalu, toleransi di Indonesia sedang rapuh. Kerapuhan ini yang harus dibenahi oleh orang-orang yang masih memiliki kesadaran tentang toleransi. Media Film untuk kampanye soal toleransi nampaknya tepat, apalagi nanti akan ada diskusi juga setelah pemutaran,” ungkapnya. (*/Cholis)

PUPR Bhakti PU
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien