CILEGON – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru di Suralaya, Cilegon, Banten dinilai akan bisa meningkatkan geliat ekonomi di wilayah tersebut. Geliat ini bukan saja karena terserapnya banyak tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Tapi, juga karena pemberdayaan masyarakat diyakini lebih baik, dan jangkauannya lebih tepat sasaran.
Penilaian ini mengemuka dari berbagai kalangan warga Suralaya, akhir pekan lalu (8/9/2019). Di sisi lain, adanya pemberitaan negatif yang menyebutkan adanya warga Suralaya mengajukan petisi ke pemerintah Korea Selatan (Korsel) karena ada keluarganya yang menderita kanker disebabkan PLTU di sana, dinilai sebagai upaya sabotase kepentingan nasional dan warganya.
“Yang ada di media massa tentang kanker itu hoax. Masyarakat sebenarnya baik-baik saja. Yang terjadi, ada beberapa oknum dan kelompok kecil yang mengatasnamakan sebagai warga Suralaya menjelekkan PLTU, dan tidak bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya,” ujar Nasir, Ketua Forum Komunikasi RT/RW Cilegon (Foker-C) Kelurahan Suralaya.
Nasir yang tinggal tidak jauh dari kawasan PLTU Suralaya selama puluhan tahun ini, mengungkapkan antusiasmenya, bahwa dampak positif pembangunan pembangkit listrik 2 x 1000 MW tersebut, bisa dirasakan masyarakat sekitar.
Begitu juga yang dikatakan oleh H. Arifin, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Suralaya, berharap senada. Keduanya berharap pelaksana pembangunan ini juga melakukan pemberdayaan masyarakat. Sehingga, banyak warga Suralaya saat ini yang masih menganggur, bisa bekerja, baik di pembangunan PLTU, maupun berkiprah di fasilitas pendukungnya.
Arifin menjelaskan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang nantinya dilakukan pelaksana proyek, diharapkan bisa sampai ke masyarakat, utamanya mereka yang terdampak.
“Pemerataan ekonomi juga bisa di luar tenaga kerja. Setiap perusahaan yang berkecimpung biasanya ada CSR-nya. Kami punya pelatihan untuk anak-anak lulus sekolah. Mohon bantuan agar bisa membantu mekanismenya,” harap Arifin.
Di sisi lain, hingga kini, warga yang mengaku jadi narasumber di pemberitaan negatif tersebut tidak bisa diketahui identitasnya.
Sebaliknya, terhadap pengaju petisi yang dialamatkan ke pemerintah Korsel agar menghentikan pendanaan proyek yang disebut PT. Indo Raya Tenaga (IRT)-sebuah konsorsium antara pemerintah dan swasta, warga mengaku mengecamnya. Bahkan berbagai kalangan di Suralaya menegaskan, pengaju bukanlah warga mereka.
Sedangkan soal pemberdayaan masyakarat, Ibu-Ibu PKK, memberikan masukan soal kesetaraan gender terkait proyek tersebut. Seperti yang katakan Eli Fatimah, anggota PKK Suralaya, saat ini banyak wanita-wanita Suralaya siap bekerja dan bersaing demi mensukseskan pembangunan PLTU Jawa 9 dan 10 di Suralaya itu. Diantara perempuan di sana, ada yang berkemampuan teknik, baik teknik mesin, teknik industri, juga komputer dan administrasi perkantoran.
Selain Arifin, Nasir, Eli, turut juga hadir kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Ibu-Ibu Majelis ta’lim, nelayan, serta pengusaha setempat dalam acara silaturahmi tersebut.
Pengurus salah satu Majalis Ta’lim di Suralaya, Maryati menambahkan, pihakya berharap pelaksana proyek atau para kontraktor bisa memperhatikan setiap kegiatan-kegiatan pengajian di Masjid-masjid.
Prioritaskan Penghijauan
Di sisi lain, sejumlah warga Suralaya yang sejak puluhan tahun sudah tinggal di area PLTU 1-8 berharap agar penghijauan juga menjadi prioritas utama di PLTU 9 dan 10. Mereka mendambakan sekeliling PLTU ada lingkungan asri dan hijau, juga bantuan medis terhadap warga sekitar. Dengan pelayanan medis yang baik, dan lingkungan hijau, maka isu-isu negatif yang dilayangkan pihak tak bertanggungjawab, bisa hilang dengan sendiririnya.
“Adanya pengobatan gratis kepada warga, pemberian bantuan makanan bergizi untuk yang tak mampu, bisa menghilangkan isu-isu negatif yang dihembuskan oknum-oknum,” kata Suri, buruh serabutan.
Mahdi dan Sahrul, anggota Forum Komunikasi Pengusaha Merak dan Asosiasi Pengusaha Suralaya mengamini, banyak perkembangan di daerah ini sejak adanya PLTU berpuluh tahun lalu. Namun, keduanya juga mengingatkan, pemeliharaan lingkungan yang baik, bisa menjadi perlawanan terhadap isu negatif yang sengaja dihembuskan pihak berkepentingan tertentu.
“Kami dari pengusaha dan warga dan tokoh masyarakat di sini, dari awal, kami mendukung pembangunan PLTU Unit 9 dan 10,” tegasnya.
Sebaliknya, Koordinator Perizinan dan Pengembangan PLTU Suralaya Unit 9 dan 10 PT Indo Raya Tenaga, Hamim menjelaskan, bahwa aspirasi masyarakat akan dibahas pihaknya, untuk selanjutnya bisa disikapi. Hamim menuturkan, dalam pelaksanaan pembangunan konsorsium PT IRT yang melibatkan Doosan dan PT Hutama Karya sebagai kontraktor, digunakan teknologi-teknologi yang mendukung kontrol emisi. Teknologi modern ini membantu baku mutu dan membantu agar PLTU menjadi lebih baik.
Ia menambahkan, masa konstruksi mulai 2020 hingga 2023, dimanfaatkan sebaiknya untuk proses rekrutmen, dan keterlibatan partisipasi pengusaha. Sebagai langkah transparansi, pelaksana juga membuka wadah pengaduan yang mekanisnya dijelaskan langsung kepada warga.
“Mohon diingatkan dalam prosesnya, agar diingatkan apabila ada yang salah atau lalai. Sebelumnya IRT sudah memetakan, siapa yang ada di balik pemberitaan negatif Suralaya. Terkait program kerja pelatihan, akan coba kami komunikasikan dengan para pemangku kepentingan supaya tenaga kerja lokal bisa bersaing dengan tenaga kerja pada umumnya,” jelas Hamim didampingi Humas PT Hutama Karya, Yusuf. Keduanya juga mengutarakan harapan akan dukungan masyarakat. (*/Red)