CILEGON – Selama kurang lebih tiga bulan menjalani jabatannya sebagai wakil rakyat, Wakil Ketua DPRD Kota Cilegon Sokhidin, mengaku banyak tantangan dan dinamika yang harus dihadapi dengan bijaksana dan juga komitmen yang kuat.
Menurut Sokhidin, jika dirinya terlena dengan jabatan yang melekat sebagai Pimpinan Dewan, hal itu akan bisa menjerumuskannya kepada hal-hal yang tidak baik.
Satu hal yang menurutnya harus dihindari dan disikapi dengan bijak adalah rasa ingin dihormati dan penghormatan berlebihan dari pihak lain kepada dirinya selaku pejabat pemerintah.
“Yang bahaya itu ketika kita dipanggil anggota dewan yang terhormat. Tidak hanya itu, dalam berbagai kesempatan di masyarakat atau acara-acara, kita sebagai anggota dewan itu diprioritaskan dan terlalu dihormati. Kalau ini sedikit saja saya nikmati, apalagi minta dihormati, amalan saya selama bertugas jadinya hilang, habis,” ungkap Sokhidin saat berbincang dengan Fakta Banten, Senin (30/12/2019).
“Makanya hal ini harus saya hindari, dan mencegahnya dengan banyak-banyak mengucap istighfar,” imbuhnya.
Politisi Partai Gerindra ini mengaku merasa miris dengan penghormatan berlebihan yang ditujukan kepadanya. Karena itu, Sokhidin mengaku mensiasatinya dengan berpenampilan alakadarnya dalam setiap kesempatan, terutama saat memenuhi undangan masyarakat.
“Kalau memenuhi undangan acara masyarakat dekat, saya datangnya cukup bawa motor saja, pakai sarung baju koko. Ini biar jangan ada yang menyambut, supaya biasa saja. Dan kalau penampilan biasa, jadi tidak banyak yang kenal saya anggota dewan. Penghormatan berlebihan itu harus dihindari,” ujar Sokhidin.
Tantangan lainnya yang juga kerap dihadapi Sokhidin karena jabatannya sebagai anggota dewan, misalnya kerap mendapatkan fasilitas dan pelayanan khusus dari mitra pemerintah.
Salah satunya seperti dia alami ketika akan Kunjungan Kerja ke Sumatera dengan menyeberang lewat Pelabuhan Merak. Ternyata saat sampai Pelabuhan, rombongan dewan disambut pimpinan ASDP dan mendapat fasilitas penyeberangan gratis.
“Padahal kan kita dibekali biaya transportasi atau uang jalan dari pemerintah. Makanya saya bilang ke ajudan agar uangnya dikembalikan ke sekretariat dewan, tapi ternyata udah dibelikan e-tol semua. Saya bilang, saya ganti dengan uang dari kantong saya, ini harus dikembalikan biaya transportasi kapal yang dari pemerintah, karena itu bukan hak saya. Kembalikan saja ke sekretariat, atau bagikan kepada yang membutuhkan, asalkan uang itu jangan sampai digunakan oleh saya. Itu yang bisa menghapus amalan saya selama ini,” cerita Sokhidin lagi.
Cerita soal tantangan jabatannya tersebut, dikatakan Sokhidin, bukan bermaksud untuk menunjukkan dirinya sebagai pejabat yang paling bersih. Melainkan, Sokhidin ingin selalu diingatkan oleh masyarakat dan siapapun yang kenal dengan dirinya, agar dia bisa amanah dan menjaga integritas sebagai wakil rakyat.
“Saya ini sudah tua baru dan sedang coba belajar ilmu agama. Ilmu agama yang saya tahu, bahwa kita ingin dihormati itu tidak boleh, bisa menghapus amalan. Karena saya sedang belajar dan tahu ilmunya, maka saya dituntun oleh guru saya agar istiqomah. Bukan berarti saya orang paling baik, bukan, saya hanya sedang belajar menjalankan ilmu yang saya tahu. Mudah-mudahan saya bisa,” ujarnya merendah.
Mantan Anggota Kepolisian ini mengaku terus berusaha untuk membersihkan semua sendi kehidupannya, dengan terus belajar ilmu agama dan pengalamannya.
“Mungkin kalau air mineral di gelas ini ditetesin air kopi satu tetes, tidak akan berubah hitam warnanya. Tapi kalau itu setiap hari ditetesin, dan terus berulang, lama-lama akan berubah hitam juga. Setidaknya begitu juga contoh amalan kita, makanya sebisa mungkin hindari hal-hal yang merusak amalan kita,” jelas Sokhidin, seraya mengaku terus berupaya membentengi diri dengan belajar ilmu agama dan dekat dengan ulama.
“Waktu sebelum jadi dewan, saya jadwalkan satu minggu enam kali bisa duduk di majelis ilmu. Tapi setelah jadi dewan ini jadwal ke luar kota jadi tidak menentu, jadi sering gak ikut ngaji, bahkan pernah diingatkan oleh Pak Kyai, bahwa saya sudah tiga kali gak hadir pengajian. Tapi saya akan terus berupaya agar bisa mengatur jadwal di tahun depan, supaya mudah-mudahan tidak meninggalkan kewajiban saya belajar ilmu agama,” pungkasnya. (*/Ilung)