Akifitas Ngarit Winih Petani di Kota Cilegon

Hut bhayangkara

CILEGON – “Masyarakat Cilegon pada masa lalu merupakan seorang petani”.

Demikian dikatakan oleh Sartono Kartodirdjo, sejarahwan yang menulis buku ‘Pemberontakan Banten 1888’.

Aktifitas pertanian masih dilakukan hingga saat ini di beberapa tempat di Kota Cilegon. Seperti pantauan faktabanten.co.id di lingkungan Kubangsaron, Tegalratu, Kecamatan Ciwandan, Cilegon.

Masyarakat yang masih berprofesi sebagai petani menjalani aktifitasnya. Awal tahun menjadi waktu yang pas karena intensitas hujan banyak.

Seperti terlihat Kamis (8/2/2018) pagi, petani mengarit padi yang telah disemai. Mengarit dalam artian mencabut benih yang telah disemai. Benih padi dalam bahasa Jawa Banten ialah Winih.

Winih-winih ini dicabut kemudian dipindahkan untuk ditancapkan (ditanam-red) ke sawah yang telah selesai dibajak dan digaru.

Kegiatan ngarit winih ini dilakukan bersama-sama. Baik dengan saudara maupun warga kampung yang sudah diberitahukan untuk membantu.

Loading...

Andi Afandi salah seorang pemuda bergelut membantu orangtuanya pagi itu. Ia menyempatkan waktunya disela-sela aktifiasnya sebagai pegawai di pelabuhan.

“Lagi bantu-bantu nih, sekalian mengenang masa lalu sering main disawah” tukas Andi

Selain membantu menanam benih padi, ia juga membantu bila panen sudah tiba.

Dalam proses tersebut, ia membantu merawat dengan memberi pupuk dan intens mengawasi sawah dari hama seperti dari keong, ulat dan burung.
Proses dari menanam hingga panen memerlukan waktu sekitar 90 hari.

DPRD Pandeglang

“Pas panen ngebantu ngangkat padi yang sudah dikarungkan. Dibawa ke rumah kemudian dijemur” Tuturnya

Awal tahun menjadi awal yang tepat untuk menanam padi.

Aktifitas pertanian di Kota Cilegon saat ini mulai menipis. Ekspansi industri besar-besaran membuat sawah-sawah berubah menjadi pabrik-pabrik. Sehingga menyebabkan perubahan sosial di masyarakat. (*/Cholis)

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien