Berhenti Jadi Pengemis, Wanita Asal Cilegon Banting Setir Jadi Pedagang Kopi

DPRD Pandeglang Adhyaksa

CILEGON – Niat tulus yang dilakukan
Siti Fatimah (39) warga link Simpang Tiga RT 04 RW 02, Kelurahan Ramanuju, Kecamatan Purwakarta perlu menjadi inspirasi bagi pengemis yang lain.

Pasalnya, berbekal niat yang tulus Siti Fatimah mengubah nasibnya menjadi lebih terhormat yakni menjadi pedagang kopi. Padahal saat jadi pengemis, ia mengantongi uang sebesar Rp 300 per hari dari belas kasihan dari orang yang melintas.

Siti Fatimah mengaku resign jadi pengemis berawal dari perkenalanya dengan seorang anggota Polres Cilegon satu tahun lalu. Dari perkenalannya itu Siti selalu mendapat nasehat dari anggota Kepolisian Polres Cilegon agar meninggalkan profesinya menjadi pengemis, bahkan anggota Polres tersebut memberikan modal untuk berdagang kopi.

“Pak Polisi itu sekarang sudah meninggal, dialah yang selalu menasehati saya, men-support saya, memberi wejangan saya agar meninggalkan profesi pengemis menjadi pedagang,” ungkap Siti sambil meneteskan air mata teringat akan kebaikan Polisi tersebut, ketika ditemui di samping Landmark Kota Cilegon sambil melayani pembeli, Rabu (15/4/2020).

“Nama Pak Polisi Pak Bahrudin, pangkatnya saya nggak apal, setiap pulang dinas dia selalu menghampiri saya ketika saya sedang mengemis di Lampu Merah depan Kodim, pada suatu ketika ia memberikan saya pinjaman modal sebesar Rp 300 ribu untuk beralih profesi menjadi pedagang dengan memberikan modal, karena saya sudah nekat akhirnya pinjaman modal itu langsung saya ambil untuk membeli keranjang, termos air panas, kopi dan gelas pelastik,” imbuh Siti.

Loading...

Masih diceritakan Siti, pada awal berjualan ia mengaku bingung karena setelah menunggu hampir sehari tak kunjung datang pembeli dan pada hari kedua berjualan baru ada yang datang membeli kopinya.

“Alhamdulillah, lambat laun banyak pembeli yang datang untuk membeli kopi, padahal dalam benak saya kalau tidak laku berjualan saya akan kembali lagi mengemis. Lagi – lagi Pak Bahrudin datang menasehati saya untuk bersabar dan tekun, akhirnya berbekal semangat itu saya terus berjualan,” katanya.

Selang sebulan berjualan lanjut Siti, omset jualannya semakin meningkat dari hasil berjualan disisihkan untuk membayar utang kepada Pak Bahrudin.

“Ketika saya datang menemui Pak Bahrudin untuk membayar utang, Pak Bahrudin menerima uang yang saya berikan itu, namun alangkah kagetnya saya Pak Bahrudin memberikan lagi uang tersebut kepada saya, dan dia berpesan kepada saya agar uang itu disimpan untuk mengembangkan usaha jualan kopi,” katanya sambil menitikan air mata tanda haru mengenang kebaikan Pak Polisi tersebut.

Mungkin lanjut Siti, kalau tidak bertemu dengannya kemungkinan ia masih menjadi pengemis hingga saat ini.

“Dengan amanat dari Pak Bahrudin saya bersama dengan suami saya terus mengembangkan usaha berjualan kopi, sekarang suami saya juga ikut jejak saya berjualan kopi di PCI,” tutup Siti. (*/Red)

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien