Cilegon Berpotensi Miliki Objek Wisata Perbukitan Indah, Kalau JLU Lintasi Kawasan Ini

Cilegon Berpotensi Miliki Objek Wisata Perbukitan Indah, Kalau JLU Lintasi Kawasan Ini
Oleh: Sang Revolusioner (Ilung)
PEMERINTAH Kota Cilegon saat ini tengah disibukkan oleh 4 mega proyek, diantaranya Pelabuhan Warnasari, Sport Centre, Alun-alun Kota dan JLU (Jalan Lingkar Utara).

Sebagaimana judul diatas, yang akan diulas khusus adalah tentang probabilitas jalur JLU. Sebagaimana pendahulunya JLS (Jalan Lingkar Selatan), tujuan utama Pemkot Cilegon membangun JLU ini untuk mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di Kota Cilegon yang semakin padat dan meningkatkan ekonomi masyarakat, khususnya di wilayah Cilegon bagian utara.

Dampak JLU

Suatu pembangunan sudah pasti memiliki dampak positif dan negatifnya. Dampak positifnya diketahui sebagaimana tujuan JLU yang sudah disebutkan diatas dan akan dibahas diakhir. Dan yang menjadi persoalan adalah dampak negatifnya, konsekuensi perubahan pada alam dan masyarakat yang harus difikirkan dengan arif dan dianalisa secara matang untuk meminimalisirnya.

Pada alam, pembangunan JLU ini mau tidak mau akan mengeksplorasi, merubah struktur juga tatanan ekosistem, termasuk menggusur lahan pertanian yang juga dilindungi oleh Negara _Undang-undang Nomor 41 tahun 2009_,akan tetapi Pemkot Cilegon dengan kebijakan JLU ini mungkin punya pertimbangan lain yang menganggap suatu pembangunan juga bagian dari hajat Negara.
Namun tetap harus berkaca pada seniornya JLS, supaya di JLU nanti tidak aktivitas pertambangan. Dan ini harus disampaikan secara terbuka kepada masyarakat Cilegon.

Masyarakat yang akan terkena dampak langsung dari JLU ini tentu lebih kompleks untuk diurai dan tingkat keruwedannya tergantung upaya dari Pemkot Cilegon dalam melakukan pendekatan persuasif maupun sosialisasi secara komperhensif kepada masyarakat. Dan sejauh ini tercatat sudah banyak menyuarakan sebagai bentuk reaksi dari masyarakat

Reaksi Masyarakat Terhadap JLU

Proyek JLU yang tentunya akan bersentuhan langsung dengan masyarakat luas ini, kabarnya baru memasuki tahap awal; sosialisasi dan pembebasan lahan. Namun sudah banyak mendapat tanggapan/reaksi, sampai adanya upaya penolakan.

Tercatat, beberapa kalangan aktivis dari LSM, Ormas, OKP, Mahasiswa, dan Warga Palm Hills yang sudah angkat bicara di beberapa media lokal mengkritisi JLU ini.

Kebanyakan dari mereka mempersoalkan jalur yang sejak semula direncanakan oleh Pemkot Cilegon dianggap secara presisi kurang strategis dan kurang tepat dengan tujuannya, sehingga mereka meminta untuk mengkaji ulang jalur JLU dengan memberi opsi jalur lain. Bahkan ada juga upaya penolakan dari warga yang wilayahnya direncanankan akan terlintasi JLU ini.

Seperti diketahui, rencana awal jalur JLU yang sudah di plot oleh Pemkot setelah melalui kajian Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) adalah sepanjang 12,5 Kilometer, yang melintasi 4 kecamatan (Cibeber, Jombang, Purwakarta dan Grogol) dan 8 kelurahan (Kedaleman, Panggung Rawi, Gedong Dalem, Purwakarta, Kotabumi, Grogol, Rawa Arum dan Gerem) dengan gerbang Timur berada di Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber, dan gerbang Barat berada di Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol.

Titik Jalur JLU yang Dipersoalkan

Secara garis besar titik persoalan yang menimbulkan reaksi dan penolakan masyarakat terhadap proyek JLU tersebut adalah pada rute atau jalur. Lebih spesifiknya mungkin pada titik wilayah Kelurahan Kotabumi dan terusannya yang akan berada berdekatan dengan jalan yang sudah ada, dan kabarnya juga mengadopsi (memperlebar) jalan yang sudah ada sebelumnya, bahkan adanya penolakan warga dikarenakan JLU di titik ini akan menerabas melintasi pemukiman padat penduduk.

Secara matematis, tentu saja ada benarnya mengingat jalur yang dipersoalkan tersebut kurang sejalan dengan tujuan utama JLU sendiri, dalam arti kurang efektif dalam mengurai atau mengurangi tingkat kepadatan atau kemacetan lalu lintas. Selain itu, kondisi kebanyakan masyarakat pada titik tersebut secara ekonomi bisa dibilang ‘cukup mampu’ dan tentunya bukan pada taraf untuk ditingkatkan ekonominya.

Maka, berdasarkan kajian dan asumsi tersebut, jalur JLU pada titik Kelurahan Kotabumi dan terusannya memang perlu segera dikaji ulang oleh Pemkot Cilegon dalam hal ini Bappeda, Dinas PUPR, dan BLH untuk merubah jalur pada titik yang benar-benar jalur baru sebagaimana JLS.

BI Banten

Beberapa opsi yang santer terdengar dan diusulkan adalah merubah jalur dari titik Kelurahan Purwakarta bukan ke Kelurahan Kotabumi, melainkan ke arah Kelurahan Tegal Bunder dan Kelurahan Pabean.

Merubah Jalur JLU

Bilamana Pemkot Cilegon mau merubah atau memindah jalur JLU ke titik ini, tentu saja tujuan JLU lebih tepat sasaran yakni bisa meningkatkan ekonomi masyarakat pada Kelurahan Tegal Bunder, Pabean dan terusannya yang selama 18 tahun ini bisa dianggap ‘termarginalkan’ bila mengacu pada pesatnya pembangunan di pusat Kota Cilegon.

Dan faktor keuntungannya adalah panjang JLU yang direncanakan semula 12,5 Kilometer akan lebih pendek karena berposisi ‘nyempal’ atau memotong. Dan dari titik Pabean ini ada dua alternatif terusan jalur JLU, bisa ke Link Cikebel Kelurahan Grogol dan ke Watu Lawang Kelurahan Gerem. Namun kendalanya memang pada medan dimana kontur tanah di sebagian wilayah Kelurahan Pabean dan terusannya merupakan kawasan perbukitan.

Akan tetapi kendala itu justru bisa menjadi keuntungan, setelah ini Kota Cilegon akan memiliki dua sektor infrastruktur jalan konektivitas JLS dan JLU.

Jangan seperti JLS yang gagal menghadirkan kondisi alamiahnya karena eksplotasi tambang pasir, di titik JLU jalur perbukitan dititik Pabean-Gerem juga bisa menghadirkan keuntungan bagi sektor pariwisata. Apalagi selama ini objek wisata alam di Kota Cilegon sangat minim, dengan tidak termanfaatkannya pesisir pantai karena dijadikan kawasan industri.

Membuka Keindahan Alam Cilegon Yang Tersembunyi

Bukan berarti ikut-ikutan setuju pada suara-suara aktivis tersebut, uraian diatas hanya coba menganalisa lebih jauh ketepatan presisi dan probabilitasnya. Akan dana APBD yang masih samar, diprediksi dari tahap awal hingga akhir proyek ini setidaknya akan menggelontorkan ratusan miliar APBD Kota Cilegon. Kalau salah namanya juga prediksi makanya sebaiknya ditransparansikan seluas-luasnya.

Tujuan tulisan ini adalah adanya kans adanya pengembangan sektor baru perekonomian dari proyek JLU ini, yakni berupa sektor pariwisata di Kota Cilegon yang selama ini terkesan ‘megegeg’.

Bila dilihat dari sudut pandang ‘long shoot’, dalam dunia kontruksi jalan, infrastruktur jalan yang membelah perbukitan bukanlah hal baru di Indonesia, bahkan Pemerintah pusat kini tengah serius mengerjakan jalan Trans Papua yang membelah perbukitan sampai pegunungan.

Seperti halnya yang dilakukan Permerintah Daerah Ternate, membuka jalur perlintasan pada Gunung Gamalama yang kemudian menata objek wisata Batu Angus bisa menghadirkan pemandangan laut dan pegunungan yang indah.
Juga pembangunan jalan Tol Bawen-Salatiga, dibalik pengerjaannya yang cukup sulit, menghadirkan bentangan pemandangan Rawa Pening dan hutan yang masih perawan. Dan masih banyak lagi contohnya.

Dan kalau Pemkot Cilegon berani membuka jalur JLU melintasi Pabean-Gerem, tentu pemandangan di Cilegon tentu tak kalah indah dan justru lebih bervariasi. Keindahan yang tersembunyi itupun bisa dibuka oleh infrastruktur JLU ini yang nantinya bisa dinikmati oleh khalayak ramai.

Dari atas perbukitan ini, di sisi Timur akan tersaji pemandangan perairan Teluk Banten, disebelah Barat terhampar bentangan laut Selat Sunda dengan berjejernya Pabrik-pabrik disepanjang pesisir pantai Cilegon, terlihat juga Situ Rawa Arum, disisi Selatan bisa terlihat Masjid Agung di pusat Kota Cilegon, sedangkan disisi Utara masih merupakan hutan perbukitan.

Dan dari destinasi wisata yang bisa menghadirkan banyak opsi latar keindahan alam tersebut harus dikelola secara resmi oleh Pemkot Cilegon, dan sebagaimana harapan kebanyakan masyarakat Cilegon, jangan sampai ada tempat hiburan malam di JLU, seperti di JLS. Dan itupun kalau jalur direalisasikan oleh Pemkot Cilegon.

Namun kembali kepada Pemkot Cilegon, beranikah membuka Jalur JLU melintasi perbukitan di Pabean-Gerem, sebagaimana pemerintah pusat yang berani akan tantangan ‘Trans Papua’ dan kebijakan Pemerintah Daerah lain yang membuka jalan baru di perbukitan?

Yoohh karutan ditonggoni bae… 😁
*Penulis adalah wartawan Fakta Banten

KS Anti Korupsi
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien