Debu Gram Krakatau Posco Siapa Tanggungjawab?

Lazisku

MALAM ITU, sebut saja namanya Ahmad, pulang dari tempat bekerja di pabrik, dikejutkan oleh banyak debu gram—debu dengan memiliki kandungan besi yang halus, di lantai rumahnya.

Sebenarnya ini bukan pertama kali debu itu muncul di kampungnya, bahkan sekitar tiga mingguan yang lalu sebelum terjadi bencana banjir di kampungnya, debu gram juga kedapatan berhambur di kampungnya.

Ahmad memiliki seorang anak kecil yang masih balita, tentu saja debu gram ini membuatnya khawatir, karena akan dapat mengganggu kesehatan buah hatinya.

Ks

Berbeda dengan Ahmad, sebut saja namanya kakek Umar—bukan nama sebenarnya. Ia merasakan pedih dimatanya, dan terus menerus mengeluarkan airmata. Sore itu ia ke klinik di depan kampungnya, oleh dokter jaga, si kakek matanya dilakukan tindakan pembersihan oleh fakum, dan kedapatan ada debu gram di matanya.

Kakek Umar tidak sendirian, ada kang Gafar, yang menceritakan malam itu ia merasa gatal-gatal karena debu gram, kemudian ia mandi dan ditaburinya bedak di sekujur tubuhnya berharap agar tidak gatal. Ke esokan harinya kang Gafar didatangi oleh pegawai Krakatau Posco yang bertanya-tanya perihal debu gram tersebut.

Entah siapalagi yang mengalami nasib serupa, terutama bagi mereka yang kampungnya berada dekat sekali dengan pabrik baja itu, pasti merasakan hal yang sama. Kondisi ini memang sungguh memprihatinkan. Sepertinya tidak ada tindakan yang serius mengenai dampak lingkungan hidup ini.

Pihak pemerintah pun sepertinya tidak mampu berbuat banyak untuk menyelesaikan persoalan ini. Sementara dari pihak Krakatau Posco pun terkesan hanya basa-basi dalam menyikapi debu gram ini.

Padahal persoalan ini memiliki dampak yang serius bagi kesehatan masyarakat luas, karena debunya begitu berterbangan kemana-mana. Sementara tidak ada hal yang lebih penting dibandingkan dengan kesehatan kita.

dprd pdg

Sebenarnya masyarakat secara umum tidak terlalu hirau dengan kondisi udara di lingkungannya, tentu karena sudah menjadi terbiasa. Buktinya ketika beberapa minggu yang lalu, Pemerintah Kota Cilegon, melalui Dinas Lingkungan Hidup menyatakan, kecamatan Ciwandan dimana basis industri berada memiliki kualitas udara yang memprihatinkan, yakni kualitasnya di bawah baku mutu.

Namun dengan kualitas yang semacam itu pun tidak ada tindakan jangka pendek yang dilakukan oleh pemerintah maupun industri dalam mengupayakan untuk menekan agar pencemaran udara bisa menjadi lebih baik. Dan masyarakat tidak ada satupun yang merasa perlu khawatir.

Ada hal yang perlu selalu disosialisasikan sebenarnya terkait dampak pencemaran lingkungan hidup ini kepada masyarakat. Misalnya pengetahuan akan potensi pencemarannya, dalam kontek debu gram ini, perlu rasanya masyarakat diberitahukan dalam forum-forum terbuka.

Bisa dimulai dari apakah debu gram? Tingkat bahayanya sejauhmana? dampak yang ditimbulkan dari debu gram apa saja? hingga bagaimana seharusnya yang dilakukan oleh masyarakat ketika terkena debu ini?

Informasi ini sangat dibutuhkan, untuk menghindari kesalahan-kesalahan penanganan, hingga agar masyarakat tidak teralalu khawatir dan panik jika ada debu ini lagi.

Tapi jauh dari persolan teknis itu, sebenernya secara prinsip tanggung jawab siapakah persoalan debu gram ini? lalu, bagaimana dengan korbannya? siapa yang bertanggunjawab menangani?

Berharap semoga ada lembaga international yang turun untuk memberikan advokasi rakyat mengenai persoalan ini. (*)

*) Huluful Fahmi, Pendiri Rumah Peradaban Banten

Dprs banten
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien