Gara-Gara Lewat Ciwandan, Motor Tinggal di Genangan

 

CILEGON — Sore itu, Selasa (17/6/2025), awan hitam menggantung pekat di langit barat Cilegon. Namun, Yanto tetap memacu sepeda motor matiknya menuju Cinangka, Serang, tempat ia tinggal.

Ada alasan istimewa yang mendorongnya pulang lebih cepat dari biasanya: janji merayakan ulang tahun sang istri.

“Saya sempat ragu karena sepertinya cuaca mau hujan,” ujar Yanto, pegawai salah satu anak usaha Krakatau Steel.

Meski waswas, ia tak mengurungkan niat. Sempat singgah sebentar di sebuah mal di kawasan Sumampir, Kota Cilegon, Yanto membeli kue ulang tahun yang sudah dihafalnya di luar kepala.

Tak butuh waktu lama, ia segera melanjutkan perjalanan. Suara raungan knalpot brong dari motor kesayangannya memecah suasana mendung yang kian berat.

Dari Sumampir hingga Samangraya, langit hanya meneteskan gerimis ringan.

“Cuma gerimis, kayanya gak bakal hujan,” katanya yakin.

Namun harapan itu pupus saat Yanto melewati kawasan industri Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS).

Petir menyambar-nyambar di langit, disusul hujan deras yang mengguyur tanpa ampun.

Pukul 18.15 WIB, ia memutuskan meneduh di lapak rongsok sekitar Krenceng. Untungnya, hujan reda setelah setengah jam.

Dengan jas hujan seadanya dan semangat yang tak surut, Yanto kembali melanjutkan perjalanan.

Bayangan wajah istri dan perayaan sederhana di rumah menjadi motivasi utama. Sayangnya, cuaca belum selesai menguji kesabarannya.

Tiba di daerah Kubang Welut, hujan kembali menggila.

“Sial,” katanya spontan.

Beruntung ada minimarket tak jauh dari situ. Ia pun meneduh kembali.

“Tunggu reda saja, tadi juga sebentar,” ujarnya berharap.

Namun kali ini, hujan enggan kompromi. Intensitasnya justru bertambah deras.

Pelataran minimarket makin padat, dipenuhi pengendara motor dari berbagai usia dan jenis kelamin yang ikut berteduh.

Satu jam menunggu tanpa hasil, akhirnya Yanto membeli jas hujan sekali pakai berwarna kuning.

“Tak apalah asal bisa kering sampai rumah,” katanya pasrah.

Malang belum selesai menimpanya. Saat melirik indikator bensin, jarum sudah menyentuh huruf ‘E’.

Ia pun mampir ke SPBU Cigading, namun harus gigit jari karena Pertalite dan Pertamax di sana kosong. Dengan motor hampir kehabisan bahan bakar, ia tetap melaju.

Di kawasan KIEC 2, sekitar Randakari, genangan air setinggi lutut menyambutnya.

Dilema pun muncul: menerjang banjir atau putar balik? Beberapa pemotor dari arah berlawanan sudah menuntun motornya.

Sebagian memilih masuk ke kawasan industri Krakatau Steel atau KIEC 2. Yanto pun ikut rombongan itu, meski baru pertama kali melewati jalur tersebut.

Untungnya jalan tersebut menembus hingga ke Jalan Lingkar Selatan (JLS).

“Selamelat,” pikirnya lega.

“Padahal hujan turun kurang dari 2 jam,”katanya heran.

Namun harapannya kembali digoyang. Setelah keluar kawasan, genangan banjir justru makin parah, terutama di sekitar Kepuh hingga pertigaan menuju Kantor Kelurahan Kepuh.

Jalanan seolah menjadi danau dadakan. Air tak mengalir ke drainase, malah memenuhi jalan raya.

Satu per satu kendaraan bermotor menyerah. Tak hanya motor, beberapa mobil pun mogok. Bahkan sebuah angkot jurusan Labuan terpaksa didorong penumpangnya.

Yanto pun nyaris bernasib sama. Sepeda motornya beberapa kali hampir mati mesin. Di JLS, titik-titik banjir semakin brutal, terutama dekat pabrik Indoferro hingga pertigaan Semen Merah Putih. Ia terus berjuang, menghindari banjir sedalam lutut.

Sebenarnya, Yanto sempat mempertimbangkan jalur Serang karena dirasa lebih aman.

Namun jaraknya yang jauh dan memutar membuatnya memilih jalur Ciwandan–Anyer yang lebih dekat, meski lebih berisiko.

Sayangnya, keputusan itu malah memperparah keadaannya. Buruknya kondisi drainase membuat air tak mengalir ke pembuangan, tetapi meluber memenuhi jalan. Di tengah jalan menuju Anyer, motor Yanto akhirnya mogok total.

Ia pun terpaksa mendorong motornya di bawah guyuran hujan sepanjang hampir 2 kilometer hingga daerah Gunung Sugih.

Perjalanan malam itu seperti pepatah mengatakan malang tak dapat ditolak, untung tak bisa diraih

Perjalanan pulang yang seharusnya penuh kebahagiaan justru berubah menjadi petualangan yang menegangkan.

Hujan, banjir, bahan bakar yang menipis, mogok dan jalanan yang tergenang, namun hal tersebut tak mampu mematahkan niat Yanto untuk pulang merayakan ulang tahun istri tercinta. (*/ARAS)

Honda Promo
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien